-keesokan harinya setelah pulang sekolah-
Ify
melangkahkan kakinya menuju parkiran GIHS untuk mengambil sepedanya. Kemudian
menaiki sepedanya dan segera menuju gerbang sekolah. Saat menuju gerbang, Ify
melihat seseorang yg dikenalinya sepertinya sedang menunggu seseorang. Dia
sedang memainkan hpnya sambil duduk menaiki sepedanya. Ify menghentikan
sepedanya.
"loh,
itukan Rio. Eh tapi masa iya naik sepeda. Tapi itu bener Rio ah. Lagi nunggu
siapa dia?" gumam Ify dan melanjutkan mengendarai sepedanya mendekati Rio.
"tuh kan
bener Rio" ucap Ify setelah mendekati orang itu. Rio mendongakkan
kepalanya.
"eh elo Fy, udah mau balik?" tanya Rio sambil memasukkan iPhonnya ke saku celananya. Ify mengangguk.
"eh elo Fy, udah mau balik?" tanya Rio sambil memasukkan iPhonnya ke saku celananya. Ify mengangguk.
"iya. Eh
tumben lo naik sepeda, terus kenapa belum balik? Lo lagi nunggu orang ya?"
tanya Ify bertubi-tubi. Rio hanya tertawa geli mendengar pertanyaan yg
dilontarkan Ify kepadanya.
"yaelah
Fy, satu-satu dong nanyanya. Gue dari tadi nunggu lo. Makanya gue naik
sepeda" jawab Rio.
"hehe,
ada apa emang? Kok lo nungguin gue?" tanya Ify lagi sedikit heran dengan jawaban
Rio.
"waktu
itu kan lo udah janji mau ngajak gue ke toko roti lo. Sekarang gue mau ke
sana"
"lo
serius?" tanya Ify masih tak percaya. Rio mengangguk.
"serius
lah. ga boleh ya?" jawab plus tanya Rio sedikit jutek.
"eh.. Ya
boleh lah masa ga boleh sih. Yaudah deh keburu sore. let's caoooww!!" ucap
Ify bersiap melaju dengan sepedanya. Rio hanya tersenyum melihat tingkah Ify
dan menganggukkan kepalanya. Kemudian mengikuti Ify yg sudah pergi terlebih
dahulu.
Selama di
perjalanan mereka asik mengobrol dan bercanda. Ify merasa nyambung dengan Rio,
begitu juga dengan Rio.
"Fy, lo
kok deket banget ya sama pak zeth?" tanya Rio di sela-sela pembicaraannya.
"hehe,
gue juga ga tau kenapa bisa deket sama pak zeth. Yg gue tau, gue selalu ngerasa
nyambung kalo ngobrol sama pak zeth. Nerasa nyaman, gue kan pernah bilang pak
zeth kaya almarhum bapak gue yg udah ga ada" jelas Ify, Rio hanya
manggut-manggut. "tapi lo tenang aja, hubungan gue sama pak zeth ga lebih
dari sekedar guru sama murid kok. Kalopun kita deket, mungkin itu juga karena
gue dapet beasiswa, gue kan sering ngurus-ngurus beasiswa tuh, jadi sering
ketemu juga ngobrol sama pak zeth" lanjut Ify.
"lo hebat
ya bisa dapet beasiswa" ucap Rio tanpa memandang Ify. Ify melirik ke arah
Rio.
"engga
juga kok Yo. Masih banyak yg lebih hebat dari gue, hehehe" ucap Ify
nyengir.
"tetep
aja judulnya hebat" jawab Rio. Ify cuma senyam senyum gaje karna malu.
"gausah malu kali" ucap Rio datar. Ify melirik ke arah Rio.
"yeee,
siapa juga yg malu. Eitttsss...stop.." ucap Ify sedikit berteriak. Ify dan
Rio mengerem mendadak.
"lo bikin
kaget tau ga. Ada apa sih?" ucap Rio sedikit kesal dengan ucapan Ify yg
membuatnya harus mengerem mendadak.
"sorry
Yo, lo sih ngajakin ngomong terus. Udah nyampe nih" jawab Ify sambil turun
dari sepedanya. "yuk masuk!" lanjut Ify sambil menuntun sepedanya
menuju pelataran toko roti. Rio mengangguk, kemudian mengikuti Ify menuntun
sepedanya.
"jadi ini
toko roti lo?" tanya Rio sambil melihat nama toko roti Ify. "RiFy's
Bread?" batin Rio.
"iya ini
toko roti ibu. Yuk kita ke dalem!" jawab Ify. Kemudian mereka berdua masuk
ke dalam toko yg cukup ramai.
@toko
"eh Fy
kamu udah pulang?" ucap seorang wanita yg sedang melayani pembeli.
"iya mba,
ibu mana mba?" tanya Ify yg tidak melihat ibunya di situ.
"ibu ada
di dalem lagi makan dulu katanya. Eh ini siapa Fy?" jawab plus tanya
wanita itu yg sadar akan kehadiran Rio di situ.
"oh
kenalin mba, ini temen Ify namanya Rio. Rio, ini mba Irva salah satu pegawainya
ibu. He" ucap Ify saling memperkenalkan mereka. Rio dan mba Irva saling
bersalaman.
"Rio"
"Irva"
"temen
ya? Temen apa temen?" ucap mba Irva sambil menaik turunkan alisnya.
"iyalah
temen. Mba jangan mulai deh. Yaudah mba, aku sama Rio ke dalem dulu ya, mau ke
ibu. Yuk Yo!" ucap Ify, disertai anggukan Rio. Mba Irva hanya tersenyum
melihatnya.
Ify dan Rio
kemudian masuk ke dalam ruangan belakang toko. Ada seorang wanita paru baya
sedang duduk menghadap meja makan sambil menyantap makanannya.
"siang
ibu!" sapa Ify kepada wanita paru baya itu yg ternyata ibunya sendiri.
"eh Ify,
siang. Udah pulang nak?" tanya ibu.
"udah"
jawab Ify kemudian menyalami tangan ibunya. Diikuti Rio.
"eh siapa
nih Fy?" tanya ibu (lagi) kepada anaknya yg kaget dengan adanya Rio yg
juga menyalaminya.
"kenalin
bu, ini Rio temen Ify. Nah Yo, kenalin ini ibu gue yg cantiknya tiada
tara" jawab Ify nyengir.
"apaan
sih kamu Fy" ucap ibunda Ify sambil mencubit pelan pinggang Ify. Rio hanya
tersenyum geli.
"Rio
tante" ucap Rio memperkenalkan dirinya kepada ibunya.
"Gina,
aduh kamu jangan panggil tante ya. Ibu aja. Bu Gina lengkapnya. Canggung
soalnya dipanggil tante" ucap ibu Ify tersenyum.
"ga
masalah tante. Eh ibu" jawab Rio meralat ucapannya. Bu Gina dan Ify hanya
tertawa kecil.
"yaudah
sini duduk, udah pada makan belum? Makan yuk!" ajak bu Gina.
"makasih
bu tapi gausah, saya udah makan tadi di sekolah" jawab Rio menolak ajakan
Ify.
"kalo
gitu Ify juga nanti aja deh makannya"
"eh
jangan Fy, lo kalo mau makan, makan aja. Biar gue ke luar mau liat-liat roti
lo"
"gapapa
gue juga ga laper-laper banget. Lagian lo kan tamu, masa ditinggalin. Gue
temenin deh" jawab Ify. Rio hanya tersenyum melihatnya. Hatinya merasa
senang mendengar ucapan gadis ini.
“heloo..
Rioo!! Lo baik-baik aja kan?” ucap Ify sambil melambaikan tangannya ke depan
wajah tampan Rio.
“Eh iya kenapa
Fy?” Tanya Rio yang sudah sadar dari lamunannya.
“yeeeh,, lo
malah ngelamun deh. Yaudah ayo ke depan, katanya lo mau liat-liat roti ” ajak
Ify.
“eh iya deh,
yaudah Bu, Rio ke depan dulu” pamit Rio kepada Bu gina. Kemudian mereka berdua
melangkah menuju depan tempat dimana berbagai jenis roti berjejer. Bu Gina
mengangguk tersenyum.
@toko roti (bukannya dari tadi yahh?? lanjutt)
“ternyata roti
itu buatan keluarga Ify ” batin Rio ketika melihat roti kesukaannya yang sering
dibelikan oleh papahnya atau bi inah dengan label yang sama dengan took roti
milik Ify.
“huaaaaaaa…hiks…hiks..huaaaa”
tiba-tiba suara tangisan seorang anak kecil mengagetkan para pengunjung yang
ada di took roti termasuk Rio dan Ify.
“ACHA!!” ucap
Ify kepada anak kecil tersebut yang ternyata Acha adiknya. Kemudian ia segera
menghampiri adiknya yang menangis di teras toko. Rio yang masih bingung hanya
mengikuti Ify dari belakang.
“ya ampun,
Acha kenapa?” Tanya Ify lembut melihat adiknya menangis dengan lutut sang adik
yang terluka.
“tadi..hiks..waktu
Acha lagi makan es krim..hiks..Acha kesandung..hiks..jadinya Acha jatoh..hiks..”
jawab Acha sesenggukkan.
“Fy, lututnya
berdarah. Cepet ambil kotak obat” suruh Rio.
“tapi di sini
ga ada Yo. Ada di rumah” ucap Ify khawatir.
“astaga.. gue
lupa. Gue bawa. Lo ambil air bersih gih buat bersiin lukanya” ucap Rio menepok
jidatnya. Ify mengangguk, kemudian segera masuk untuk menganmbil air bersih. Rio
menggendong Acha dan mendudukkan Acha di kursi yang ada di teras kemudian
mengeluarkan kotak kecil berisi obat-obatan yang selalu ia bawa untuk
berjaga-jaga dari tas ranselnya.
“Acha jangan
nangis lagi ya, lukanya nanti di obtain kok” ucap Rio mencoba menenangkan Acha
yang masih menangis sambil mensejajarkan tinggi badannya dengan badan Acha. Tak
beberapa lama, Ify keluar dari toko dengan membawa sebuah wadah yang berisi air
bersih.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar