Senin, 10 Juni 2013

Because Of You #chapter 4

 Ini dia part 4nya, maaf lama maklum lagi ukk
langsung aja
1..

      2...

          3....

Happy reading.. :)

           Rio sedari tadi membolak-balikkan novel di tangannya. Ya saat ini Rio sedang ada di mall mangga dua tepatnya di toko buku gramedia. Sudah puluhan novel yg ia lihat. Tapi belum ada juga yg ia lirik. Kemudian pandangannya beralih pada sosok gadis yg sedang berdiri sambil membaca sebuah novel ditangannya. Sepertinya ia kenal. Rio tidak bisa melihatnya dengan jelas karena wajahnya tertutup rambutnya yg digerai panjang juga kaca mata yg bertengger di matanya. Perlahan Rio mendekatkan dirinya pada gadis itu. Ia membelalakkan matanya ketika mengetahui siapa gadis itu.
       
          "Ify!!" panggil Rio kepada gadis itu yg ternyata Ify.
          "eh Rio, ada di sini juga?" ucap Ify mengalihkan perhatiannya dari novel yg ia baca tadi. Rio menganggukkan kepalanya.
          "Lo mau beli novel juga?" tanya Rio.
          "engga, gue mau beli ini. Lo mau beli novel ya?" jawab Ify sambil menunjukkan buku di tangannya. Di halaman depannya tertulis 'practice in english'. Rio menganggukkan kepalanya.
          "gue kira lo mau beli novel, gue liat lo tadi baca novel" jawab Rio.
          "sebenernya pengen sih, tapi duit gue ga cukup kalo harus beli novel sama buku pelajaran. Mendingan gue beli buku pelajaran ya nggak? Kalo novel kan masih bisa baca di sini. He" ucap Ify memelankan suaranya pada kalimat terakhir. Takut orang-orang tau, kan malu nantinya. "terus lo mau beli novel apa?"
          "gue gatau. Masih bingung." jawab Rio sambil melihat-lihat novel.
          "emang lo suka novel jenis apa?"
          "petualangan. Lo?"
          "gue lebih suka yg romantic. Lebih dapet feelnya"
          "menurut gue novel yg romantic jalan ceritanya gitu-gitu aja. Gada yg menarik"
          "jangan salah. Novel romantic tuh enak lagi soalnya diambil dari cerita sehari-hari beda sama novel              petualangan yg notabene penuh imajinasi. Emang si seru tapi lebih seru yg bersifat nyata"
          "oyah?" tanya Rio menyelidik.
          "gue serius. Ya emang ga semuanya enak si. Tapi sini deh lo ikut gue" ucap Ify menarik tangan Rio menuju salah satu buk. Perasaan bahagia menyeruak di hati Rio ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Ify.
          "nih lo kudu baca ke-4 novel ini" ucap Ify sambil menunjukkan 4 novel karya Ilana Tan.
          "Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo..mm.. Spring In London" Ucap Rio membaca satu-satu judul buku yg ditunjuk Ify.
          "yapp gue yakin lo pasti suka" ucap Ify mantap.

          Rio mengerutkan keningnya, berpikir sejenak. Kemudian mengambil salah satu dari ke 4 novel itu. Autumn in Paris. Ia membaca sinopsisnya.
          "urutannya?" tanya Rio sambil membolak-balikkan novelnya.
          "hah?" jawab Ify tak mengerti.
          "mana dulu yg harus gue baca?" ucap Rio lagi.
          "yg pertama summer, terus autumn, terus winter, terakhir spring" jawab Ify senang karena merasa sudah berhasil membujuk Rio. Sedangkan Rio mengambil ke-4 novel itu.
          "lo mau beli semuanya?" tanya Ify kaget melihat Rio mengambil ke 4 novel yg ia tunjuk.
          "yaialah. Kenapa?" tanya Rio heran. Tadi nyuruh Rio baca novel-novel itu. Kenapa sekarang Ify malah kaget ngeliat dia ngambil semua novelnya.
          "gak dicicil satu-satu dulu gitu? Kan mahal" jawab Ify polos. Rionya ketawa mendengar jawaban Ify. Ifynya bengong liat Rio ketawa.
          "hahaha...tenang aja duit gue masih cukup" jawab Rio yg membuat Ify mengerutuki dirinya sendiri. "Rio tuh beda ama lo Fy, dia kan kaya, dodol banget sih lo" batin Ify.
          "yaudah gue mau bayar dulu" ucap Rio melangkahkan kakinya menuju kasir. Namun langkahnya dicegah Ify.
          "eh eh tunggu" ucap Ify menarik tangan Rio. Langkah Rio terhenti."kalo lo mau beli semuanya mending beli yg satu paket aja nih. Dapet bonus tempatnya, harganya juga lebih murah" lanjut Ify menyerahkan satu paket novel yg sudah terbungkus rapi oleh plastik.

          Rio meletakkan novel yg tadi di tangannya. Dan menerima satu paket novel pemberian Ify. Rio tersenyum sembari mengacak-acak rambut Ify. Kmudian berlalu pergi menuju kasir. Ify tersentak. Ga tau kenapa Ify jadi seneng banget. Ify merapikan rambutnya kembali kemudian ia mengikuti langkah Rio menuju kasir karna ia juga belum membayar bukunya.

         "abis ini lo mau kemana?" taya Rio setelah mereka membayar bukunya.
         "gue mau langsung pulang, gue ke sini cuma mau beli buku aja. Lo sendiri?" tanya Ify balik sembari memasukkan buku ke dalam tasnya yg tadi ia titipkan di tempat penitipan barang.
         "mau temenin gue jalan-jalan?" tanya Rio membuat Ify kaget lagi.
         "ke mana?"
         "ikut gue" Rio menarik tangan Ify meninggalkan toko gramedia. Langkah Rio terhenti diikuti oleh Ify.
        
         "bioskop?" tanya Ify heran karna Rio mengajaknya ke bioskop.
         "lo mau temenin gue nonton?" tanya Rio.
         "tapi duit gue ga cukup, udah buat beli buku tadi" ucap Ify pelan.
         "gue yg bayar" ucap Rio masih belum melepas tangan Ify.
         "hah? Jangan deh Yo"
         "gpp kan gue yg ngajak. Lo ga mau?" tanya Rio was-was khawatir Ify menolak ajakannya.
         "bukan gitu, tapi..." kata-kata Ify terpotong.
         "berarti lo mau" potong Rio. Ifynya pasrah. "lo mau nonton apa?" lanjut Rio lagi.
         "terserah lo aja, tapi..mm..Yo.." ucap Ify menunjuk tangannya yg masih digenggam erat oleh tangan Rio dengan matanya. Rio yg tersadar pun segera melepaskan pegangannya.
         "sorry" ucap Rio salting. "gue mau lo yg nentuin filmnya" lanjut Rio menutupi kesaltingannya.
         "emm gimana kalo nonton cinta brontosaurus aja? Pasti lucu. Gue penasaran pengen nonton" usul Ify.
         "oke, lo tunggu bentar. Gue beli tiketnya dulu" ucap Rio sambil melangkah menuju antrian tiket. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti dicegah Ify.
         "eh Yo.. biar gue aja yg beli tiketnya. Kan lo udah bayarin gue. Please!" mohon Ify. Rio nampak berfikir sejenak. Kemudian menganggukkan kepalanya dan menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada Ify. Kemudian Ify melangkah menuju antrian tiket.
         "cewe yg aneh" ucap Rio tersenyum. Ia membeli pop corn dan dua pepsi.

         Rio masih menunggu Ify di tempat tadi. Setelah beberapa menit, akhirnya Ify kembali dengan dua tiket di tangannya.
       
         "nih kembaliannya" ucap Ify menyerahkan beberapa lembar uang kembalian kepada Rio.
         "pegang lo dulu. Nih gue beliin lo minum. Pop cornnya barengan aja gpp kan?" ucap Rio menyerahkan pepsi yang ia beli tadi kepada Ify.
         "ya ampun Yo, lo ga usah repot-repot lagi. Gue jadi gak enak nih" jawab Ify sembari menerima pepsi yg diberikan Rio.
         "gapapa, nyantai aja kali. Yaudah yuk masuk!" kemudian Rio dan Ify masuk ke studio 1 dan mencari tempat duduk sesuai tiket.

         Film pun dimulai. Rio dan Ify sangat menikmati filmnya. Tak henti-hentinya mereka tertawa. Berkali-kali Rio melirik Ify. Ia tidak pernah merasakan sebahagia ini lagi seperti sebelum saat mamahnya meninggal. Hanya bersama gadis ini ia merasa nyaman dan bisa tertawa lepas. Rio benar-benar yakin bahwa ia sangat mengagumi sosok gadis di sampingnya ini. Kurang lebih sekitar dua jam film diputar. Kini Ify dan Rio sudah berada di luar.

        "tadi filmnya kocak banget. Sampe sakit perut gue" ucap Ify masih sedikit menahan tawanya.
        "iya, lo seneng?" tanya Rio membuat Ify menoleh ke arahnya. Ify mengangguk.
        "seneng banget. Makasih ya Yo. Kapan-kapan gue yg traktir deh" jawab Ify.
        "oke gue pegang janji lo" ucap Rio datar. "pulang yuk! Tapi muter-muter dulu gapapa?" lanjutnya.
        "boleh gapapa kok" jawab Ify kemudian. Kemudian mereka berjalan-jalan sejenak sebelum pulang.
        "lo pulang naik apa?" ucap Rio memecah keheningan.
        "naik motor" jawab Ify. "lo sendiri? Mobil atau motor?" tanyanya balik.
        "mobil" jawab Rio pendek.
        "oya waktu itu gue belum bilang makasi sama lo. Lo kan yg bayarin gue waktu makan di kantin beberapa hari yg lalu?"
        "oh itu, iya"
        "Rio, gue mau tanya. Kenapa si lo baik banget sama gue?" tanya Ify membuat Rio mengerutkan keningnya.
        "ga boleh?"
        "ya bukan gitu, aneh aja gitu.."
        "yaudah gue jahat aja sama lo supaya ga aneh"
        "eh eh jangan dong. Ah lo mah gitu aja dianggep serius. Gue kan cuma nanya" ucap Ify manyun.
        "ga gue becanda. Eh lo pake kaca mata? Biasanya engga." jawab plus tanya Rio.
        "kalo lagi belajar aja. Selain itu gue ga make" jawab Ify. Sedangkan Rio hanya meng'o'kan jawaban Ify.

        Tiba-tiba iPhone Rio bergetar. Dilihatnya layar iPhonenya. 'papah haling' calling. Rio menekan tombol warna merah. Kemudian menonaktifkan hpnya dan memasukkannya kembali ke sakunya.

        "kok ga di angkat?" tanya Ify yg tadi melihat Rio mematikan iPhonenya.
        "ga penting" jawabnya pendek. Ify cuma manggut-manggut. "lo suka sama guru siapa di sekolah?" lanjutnya.
        "mmm..Gue paling suka sama Pak Zeth. Dia guru favorit gue" jawab Ify membuat Rio kaget. "apa Ify gatau kalo gue itu anaknya?" pikir Rio.
        "pak zeth yg pemilik sekolah itu?" Ify menganggukkan kepalanya. "kenapa lo suka sama dia?" "pertama, pak zeth itu kalo ngajar enak, jelas, ga ngeboringin. Dia juga kalo ngajar selalu semangat. Selalu ngasih masukan-masukan yg bikin anak-anak semangat. Termasuk gue. Pak zeth yg bisa bikin gue demen banget lah sama bahasa inggris. Padahal awalnya nilai english gue selalu pas KKM. Selama ini yg bikin gue semangat buat terus belajar juga pak zeth. Tapi...gue ga nyangka.." kata-kata Ify menggantung.
        "ga nyangka apa?" tanya Rio penasaran plus tertarik karna pembicaraan ini sedang membahas ayahnya.
        "ini rahasia loh ya, don't tell to anyone! Janji" ucap Ify. Rio menganggukkan kepalanya.
        "gue gak nyangka dibalik keceriaan dan semangatnya pak zeth, ternyata dia rapuh banget" ucap Ify. Rio mengerutkan keningnya.
        "rapuh? Maksudnya?" potong Rio.
        "makanya lo diem dulu akh. Jadi waktu itu gue ga sengaja denger obrolannya pak zeth pas mau ngasiin berkas yg disuruh Pak Dave. Dia lagi ngobrol sama seseorang lewat hp. Gue liat dia nangis. Mukanya kusut banget. Dia nundukin kepalanya di meja. Terus gue masuk dan nyerahin berkasnya. Pas gue mau keluar pak zeth nyegah gue dan nyuruh gue duduk. Dia bilang mau curhat sama gue. Gue dengan senang hati denger curhatannya. Ternyata dia itu lagi ada konflik sama anaknya" Rio membelalakkan matanya. Ayahnya menangis karna dia.
        "pak zeth bilang anaknya udah benci banget sama dia dan nyangka pak zeth ga sayang lagi sama anaknya. Dia ngerasa bersalah banget sama anaknya karna sebagai orang tua tunggal dia ga becus ngurus anaknya. Cuma kerjaan mulu yg dipentingin, jadi kurang perhatian sama anaknya. Padahal pak zeth sayang banget sama anaknya. Gue pikir anaknya juga ga seharusnya nyalahin pak zeth. Dia juga harusnya ngertiin pak zeth, pak zeth ngelakuin itu semua buat kebahagiannya juga. Mana enak hidup susah. Iya ngga?" jelas Ify. Rio sedari tadi fokus dengan pikirannya. Dia jadi merasa bersalah udah ngomong kasar sama papahnya dan nyuekin papahnya selama beberapa hari ini.
        "woy, ko diem aja?" tanya Ify membuyarkan lamunan Rio.
        "eh iya, terus menurut lo anaknya harusnya gimana?"
        "ya gue pikir harusnya dia minta maaf lah sama pak zeth. Emang sih dia butuh perhatian, tapi dia juga harus ngertiin posisi ayahnya. Apa pernah dia mikir 'papah cape ga ya' atau 'papah udah makan belum ya'. Gue yakin engga. Dia juga ga boleh egois" Rio tersentak. Benar juga apa yg dibilang gadis ini. Selama ini dia ga pernah mikirin perasaan papahnya. Dia cuma mikirin perasaannya sendiri.
        "menurut lo masih bisa dimaafin?" tanya Rio lagi.
        "pasti lah. Gada orang tua yg ga maafin kesalahan anaknya. Seburuk apapun kesalahannya pasti dimaafin" jawab Ify mantap. Rio sedari tadi sudah ingin menangis, tapi ia tahan.
        "gue heran sama anaknya pak zeth, ko bisa dia nyia-nyiain seorang ayah yg hebat kaya pak zeth. gue aja mau banget jadi bagian hidup pak zeth lebih dari sekedar sebagai anak didiknya"
        "lo mau jadi istrinya?" tanya Rio polos, polos banget.
        "haha ya nggak lah. Ngaco banget lo Yo. Maksud gue lebih dari sekedar anak didiknya tuh kaya anak angkat gitu. Gue yakin bakalan seneng banget. Buat gue dia itu udah kaya almarhum bapak yg udah gada" ucap Ify lirih.

         Rio memandang gadis disampingnya ini. Rasanya ingin sekali memeluknya dan mengatakan "makasih lo udah nyadarin gue". Tapi niat itu tidak mungkin ia lakukan.

         Tak terasa ternyata mereka berdua telah sampai di tempat parkiran motor. Karna tempat parkir motor dan mobil berbeda jadi mereka harus berpisah.

        "gue duluan ya, makasi ya Rio buat semuanya. Gue seneng banget hari ini" ucap Ify sumringah.
        "sama-sama. Gue juga. Yaudah gue balik" jawab Rio melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil.
        "eh Rio!" Rio menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya. "lo harusnya lebih sering senyum. Lo lebih cakep kalo senyum" lanjut Ify membuat muka Rio memerah. Kemudian Ify berlalu pergi menuju motornya dan Rio menuju mobilnya.

         Mobil Rio melaju dengan kecepatan yg lebih cepat dari biasanya. Ia melirik jam tangannya. Pukul 19.15, berarti papahnya sudah pulang. Ia ingin segera sampai ke rumah dan meminta maaf kepada ayahnya. Gadis itu telah menyadarkan Rio. Rio mengutuk dirinya dalam hati, mengapa harus orang lain yg lebih mengerti papahnya ketimbang ia sendiri selaku anak kandungnya. Anak satu-satunya yg sangat disayangi papahnya. Rio merasa dirinya begitu bodoh. Hanya satu yg Rio harapkan saat ini, semoga masih ada maaf untuknya.


@Rumah Mario

         Rio akhirnya sampai di rumahnya setelah melewati kemacetan di Jakarta. Ia segera turun dari mobilnya dan menyuruh mang ujang memasukkan mobilnya ke bagasi. Ia berlari memasuki rumahnya dan mencari sosok papah tercintanya yg sudah beberapa hari ini ia rindukan.

        "eh mas Mario sudah datang. Mas Mario cari apa? Kok ngos-ngosan begitu?" tanya bi inah heran melihat Rio berlari sambil mencari sesuatu.
        "papah mana bi? Dia udah pulang kan?" tanya Rio balik.
        "oh sudah mas, tuan ada di belakang lagi ngasih makan kelinci" jawab bi inah.
        "yaudah makasih bi" ucap Rio berlalu pergi meninggalkan bi inah yg masih terlihat bingung.

        Rio berlari menuju halaman belakang rumahnya. Maklum, rumahnya kegedean jadi ke halaman belakang aja harus lari. Sesampainya di halaman belakang, ia menghentikan langkahnya.



to be continue..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar