Senin, 10 Juni 2013

Because Of You #chapter 2


Gak usah banyak cocot deh (pinjem kata2 mang ibul)
langsung aja ini lanjutannya. eng ing eng...


          Mobil Rio melaju menuju tempat yg entah ia tak tau harus kemana. Perasaannya berkecamuk. Ada rasa sesal dalam hatinya karena ucapannya pada papahnya tadi. Tapi disamping itu ia juga seorang anak yg butuh kasih sayang dari papahnya. Satu-satunya orang tua yg dimilikinya. Wajar jika ia sangat emosi tadi. Tak berapa lama mobil Rio pun berhenti di sebuah jalan kecil dekat danau. Rio pun turun dari mobilnya. Melangkah menuju tepian danau. Berdiri sambil memejamkan matanya dibawah pohon rindang. Angin berhembus menerpa wajah Rio.

          "mah, Rio kangen mamah" ucap Rio pelan, pelan sekali.

          Butiran-butiran air mata Rio mengalir di pipinya. Sedangkan matanya masih tetap terpejam. Tiba-tiba...

          "brukkk... Happ!!" Rio terhentak mendengar suara itu. Ia membuka matanya dan menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang gadis dengan sarang burung beserta burung dan telurnya di tangan kirinya tangan kanannya sibuk membersihkan bajunya yg sedikit kotor. Rio masih memandangi gadis itu, sepertinya tidak asing. Tapi ia tidak tau karna gadis itu masih menunduk.

           "untung aja ga jatoh" ucap gadis itu, kemudian mendongakkan kepalanya. Rio dan gadis itu saling pandang. Kemudian..
           "ELO!!" ucap mereka berdua bersamaan.
           "lo ngapain di sini?" tanya Rio cuek.
           "gue emang sering ke sini kali. Lo sendiri ngapain? Eh tunggu, tunggu, lo nangis ya?" jawab gadis itu melihat mata Rio yg sembab dan air mata Rio yg masih belum kering di pipinya. Rio yg tersadar akhirnya segera mengusap pipi dan sekitar matanya.
           "lo kenapa? Lo boleh cerita ko sama gue" lanjut gadis itu tersenyum. Lagi-lagi senyum itu yg mampu membuat degup jantung Rio tak karuan. Yapp gadis itu adalah gadis yg kemarin sore Rio tabrak.
           "gue gak papa" jawab Rio ketus. "lagian lo ngapain di atas pohon?" lanjutnya heran melihat gadis itu loncat dari atas pohon.
           "nih ngasih makan burung. Yaudah kalo lo ga mau cerita, mendingan lo kasih makan nih burung, daripada nangis" ucap gadis itu mengulurkan tangannya ke Rio, memberikan sarang burung yg ada di tangan kirinya. Entah ada angin apa Rio malah menerimanya. "gue pergi duluan, lo jaga deh tuh burung" lanjut gadis itu tersenyum kemudian pergi dengan sepedanya yg tanpa Rio sadari sedari tadi ada di samping pohon.


           Rio sendiri masih diam mematung di tepi danau. Bingung dengan pikiran dan hatinya. Setiap melihat gadis itu, jantungnya berdetak lebih cepat. Ada perasaan aneh, tapi juga senang, ketika melihat gadis itu. Rio melirik jam tangannya, pukul 10.23. Akhirnya, ia memilih untuk kembali menaiki mobilnya kemudian pulang ke rumah dengan membawa sarang burung yg diberikan gadis itu.

           Sesampainya di rumah, Rio segera memarkirkan mobilnya, kemudian pergi ke taman depan untuk menemui mang ujang. Supir pribadi + penjaga kebun rumahnya. Disana mang ujang lagi sibuk memotong rumput.
           "mang ujang, bisa minta tolong?" ucap Rio membuat mang ujang menghentikan kegiatannya kemudian berdiri dari posisi duduknya.
           "eh mas Rio, bisa mas minta tolong apa?" jawab + tanya mang ujang.
           "tolong rawat nih burung, beliin sangkarnya sama makanan buat burung. Bisa?" tanya Rio lagi sambil menunjukkan sarang burung di tangannya kepada mang ujang.
           "bisa Mas, percaya sama mang ujang burungnya pasti aman" jawab mang ujang tersenyum. Rio kemudian menyerahkan sarang burung beserta isinya kepada mang ujang.
           "maaf mas kalo mang ujang boleh tau, emang mas Rio dapet burung darimana? Sama sarangnya pula"
           "dari seseorang, yaudah Rio masuk dulu. Makasih ya mang ujang, rawat baik-baik burungnya"

ucap Rio kemudian melangkah masuk menuju rumahnya.

           Rio menghempaskan tubuhnya di kasurnya. Diambilnya i-Phone yg ada di saku celananya. Rio menyalakan hpnya. Ada 5 missed calls dan 3 pesan. Rio membuka missed callnya, ternyata dari papahnya semua. Kemudian membuka pesan, salah satunya dari papahnya yg isinya permintaan maaf dan berpamitan untuk berangkat dinas lagi. Sisanya sms ga penting dari orang yg ga penting pula. Rio menghela nafas panjang. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Teringat kembali pertemuannya dengan gadis tirus itu. Tanpa disadari, seulas senyuman tercipta di sudut bibir manis Rio.
          "loh, kok jadi mikirin tuh cewe. Bodo ah!" Rio yg tersadar kemudian beranjak dari tempat tidurnya mengambil buku dan laptopnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

-keesokan harinya @GLOBAL INTERNASIONAL HS-

          Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yg lalu. Tapi Rio masih berkutat dengan laptopnya. Ia sedang tak nafsu makan.
         "gue ke perpus aja deh nyari buku kimia" ucap Rio menshut downkan laptopnya dan memasukkannya ke tas. Kemudian branjak pergi menuju perpus.

         Karna Rio asik mengotak-atik i-Phonenya, ia tak melihat ada seseorang yg membawa setumpuk buku tebal ditangannya, dan...
         "brukkk!!" Rio dan orang itu pun terjatuh. Untungnya i-Phonenya ga ikutan jatuh. Kemudian Rio memasukkan i-Phonenya ke saku celananya.
         "sorry gue tadi ga li... Elo!!" kata-kata Rio terpotong karena melihat seseorang didepannya.
         "eh lo lagi, sorry sorry tadi gue ga keliatan. Ketutupan nih buku" ucap orang itu yg ternyata adalah gadis yg tabrakan itu. Ia membereskan buku yg berserakan.
         "gue juga minta maaf tadi jalan ga liat-liat. Lo sekolah di sini juga?" tanya Rio ikut membereskan buku-bukunya. Gadis itu mengangguk kemudian berdiri membawa setengah dari buku yg ia bawa. Begitupun dengan Rio.

         "gue Rio!" ucap Rio mengulurkan tangannya.
         "gue Ify! Dari kemaren dua kali kita ketemu tapi belum tau nama masing-masing" ucap gadis itu yg bernama Ify. Ia membalas uluran tangan Rio. "bisa tolong siniin bukunya?" lanjut Ify.
         "eh iya, emm biar gue bantu bawain. Lo mau bawa nih buku kemana?" tawar Rio.
         "eh ga usah, biar gue aja. Gue mau bawa buku-buku ini ke perpus" jawab gadis itu menolak tawaran Rio.
         "ga papa, gue juga mau ke perpus. Lagian lo ga berat apa bawa nih buku banyak tebel-tebel lagi"
         "berat sih, tapi apa ga ngrepotin lo?"
         "ya engga lah, yaudah yuk!" mereka berjalan beriringan menuju pepustakaan. Entah kenapa Rio merasa nyaman dengan gadis yg disampingnya ini. Sikapnya yg tadinya cuek sama Ify, kini berubah menjadi lebih kalem dan lembut. Gak sama semua orang Rio bersikap seperti ini. Apalagi sama orang yg baru ia kenal.
         "lo bawa buku-buku ini disuruh siapa? Tega banget nyuruh lo" ucap Rio memecah keheningan antara mereka.
         "haha biasa aja lagi, gue disuruh sama bu winda, guru fisika yg galaknya minta ampun" jawab Ify sedikit terkekeh.
         "oh pantesan, bu winda kalo nyuruh ga pernah pandang bulu. Ga kira-kira juga" ucap Rio membuat Ify tergugu.
         "gue setuju sama lo!!"
         "eh ngomong-ngomong, lo kelas berapa?"

         "gue kelas XI special A. Lo sendiri?"tanya Rio lagi.
         "gue kelas XI special B, ternyata kelas kita sebelah-sebelahan ya. Tapi ko gue gapernah liat lo"
         "gue juga sama belum pernah liat lo. Mungkin kita sering kali ya ketemu tapi karna ga saling kenal ya cuek aja gitu" jawab Ify. Rio hanya mengangguk. Dan sampailah mereka di perpustakaan.
         "ibu, ini ada titipan buku dari bu winda" ucap Ify meletakkan buku-buku itu di meja. Begitu juga Rio.
         "eh Ify, iya makasih ya. Eh kok ada Mario juga? Jangan jangan kaliannn...pacaran ya!" ucap bu ucie, penjaga perpus yg membuat Rio dan Ify kaget. Wajah keduanya merah merona. Degup jantung keduanya terasa sangat cepat.
         "eng..nggak kok bu, tadi kita ketemu di jalan terus Rio bantu saya bawain buku-bukunya ke sini" jelas Ify gugup.
         "iya bu, ibu ga usah ngira yg aneh-aneh deh" sambung Rio menutup kesaltingannya.
         "iya deh ibu minta maaf. Ibu kan cuma menduga-duga saja" ucap ibu ucie tergugu.
         "yaudah gue nyari buku kimia dulu. Lo abis ini mau kemana?" tanya Rio kepada Ify.
         "eh gue mau nyari buku b.inggris dulu. Mau bareng? kan sebelah-sebelahan raknya" jawab Ify.
         "boleh deh. Yuk!" mereka berdua kemudian mencari buku yg mereka cari.
         "thanks ya udah bantuin gue tadi" ucap Ify ditengah-tengah mencari buku.
         "oh urwel deh" jawab Rio tersenyum. Ify terkesiap. Ini pertama kalinya ia melihat senyum manis Rio yg sangat menawan.
         "woi bro, lo ada di sini ternyata. Pantesan gue cari di kelas ga ada" ucap seseorang menepuk pundak Rio. Mengagetkan Ify yg sedang memandang senyum di wajah Rio. "eh ada Ify, hi Ify!" lanjut orang itu menyapa Ify.
         "hi alvin!" jawab Ify kepada cowok putih bermata sipit itu. "eh Yo, gue duluan ya, gue udah dapet nih bukunya" lanjut Ify.
         "oh iya sok aja" jawab Rio.
         "khemm.. Cuma Rio aja nih yg dipamitin. Guenya engga?" goda alvin pada Ify. Rionya melotot.

         "yaelaaaah gausah cemburu gitu kali vin, yaudah gue duluan ya Rio, ALVIN" ucap Ify dengan menekankan nadanya pada huruf yg di caps lock. Kemudian pergi meninggalkan Rio dan Alvin.

         Ada rasa cemburu menyeruak di dalam hati Rio ketika melihat kedekatan Alvin dan Ify.
         "lo kenal sama Ify Vin? Ko deket banget?" tanya Rio jutek. Alvin mengerutkan keningnya. Ada apa dengan sahabatnya ini.
         "lo cemburu ya?" goda alvin menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jahil.
         "gak!!" ucapnya cuek kemudian pergi meninggalkan alvin.
         "eh, eh ko gue ditinggal Yo. Woyy" teriak alvin mengejar Rio yg sudah berlalu pergi dengan bukunya.
        "wey jangan sewot gitu dong. Gue gada hubungan apa-apa kok sama Ify" ucap Alvin berhasil menyamai langkahnya dengan Rio. Rio masih tetap berjalan tak bersuara.
         "Yo, jangan marah dong. Gue sama Ify cuma temenan. Dia kan sobatnya Sivia" jelas Alvin yg merasa dari tadi dicuekin sama Rio. Rio mengerutkan keningnya.
         "siapa lagi yg marah. Lagian sivia siapa lagi" jawab Rio datar.
         "astaga Rio, sivia itu cewe gue. Makanya gue kenal sama Ify" ucap Alvin menepok jidatnya.
         "oh gue lupa" respon Rio watados. Alvin cuma melengos kesel. Tapi Alvin ga pernah marah. Ia sudah hafal dengan sifat dan karakter sohibnya ini.
         "lo yakin ga cemburu?" goda Alvin lagi.
         "gak! Lagian gue bukan siapa-siapanya dia" jawab Rio datar.
         "halaah dalem hatinya mah cemburu tuh"
         "apaan sih lo. Sekali lagi lo ngomong gitu gue sumpahin mata lo ga bisa melek" ucap Rio kemudian duduk di bangkunya karena mereka telah sampai di kelas XI special B.
         "sadiss lo" oceh Alvin manyun. Rio hanya tergugu dalam hati.

         Tak lama kemudian, bel berbunyi tanda berakhirnya waktu istirahat. Semua murid GIHS kembali masuk ke kelas masing-masing dan belajar kembali.



Bersumbang alias bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar