Kamis, 13 Juni 2013

Because Of You #chapter 5


    part 5nya dateng nih...
    maafkan daku jikalau lama..
    let's read and check it out..  

@@@@

           Rio berlari menuju halaman belakang rumahnya. Maklum, rumahnya kegedean jadi ke halaman belakang aja harus lari. Sesampainya di halaman belakang, ia menghentikan langkahnya. Terlihat seorang lelaki paruh baya sedang duduk di kursi sambil memperhatikan dua ekor kelinci yg sedang berlarian kesana-kemari. Posisi orang itu memunggungi Rio, sehingga tidak mengetahui kedatangan Rio. Tak terasa titik-titik air mata Rio jatuh menetes basah di pipi kurus Rio. Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati lelaki paruh baya itu yg tak lain adalah papahnya.

           "pah.." ucap Rio lirih berusaha melangkahkan kakinya yg terasa berat tapi masih terdengar oleh papahnya. Pak zeth menoleh, membalikkan badannya. Ia terkejut ketika melihat wajah anak semata wayangnya telah dibasahi air mata.
           "Mario!" ucap pak zeth bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju anaknya. "kamu kenapa nak?" lanjutnya sambil memegang pundak Rio. Rio menjatuhkan dirinya ke rumput dengan lutut sebagai penopang tubuhnya. Kakiknya benar-benar lemas. Rio tidak berani menatap papahnya. Ia sangat merasa bersalah. Kemudian ia memeluk kaki papahnya yg kini ada di hadapannya.
           "pah.. Rio minta maaf.. Rio udah salah sama papah.. Maafin Rio pah.." ucap Rio sambil terus menangis. Sedangkan pak zeth sangat tidak menyangka dengan apa yg sedang dilakukan anaknya. Kemudian tangannya refleks melepaskan tangan Rio dan membantunya untuk bangkit.
           "kamu ga salah nak, ayo bangun" ucap pak zeth lembut sambil membantu Rio bangkit.
           "pah maafin Rio, Rio udah ngelakuin kesalahan besar. Rio udah nyakitin papah. Papah berhak hukum Rio" ucap Rio kini berani menatap mata papahnya. Tatapan tulus yg selama ini selalu pak zeth rindukan.
           "setiap orang punya kesalahan Rio. Ga cuma Rio. Papah juga. Rio juga marah sama papah karna papah ga perhatian sama Rio. Papah akuin papah salah. Tapi ga ada alasan buat papah ga maafin Rio. Papah juga minta maaf ya?" ucap papah Rio.
           "papah maafin Rio?" tanya Rio lagi. Pak zeth mengangguk pasti. "makasih banyak pah" ucap Rio langsung memeluk papahnya. Begitupun sebaliknya. Rio merasa hatinya lebih lega. Ia sangat bahagia bisa memeluk papahnya kembali.
           "gada gunanya papah ngasih kamu hukuman. Yg harus Rio tau, sebesar apapun kesalahan Rio, papah tetap sayang sama Rio. Papah ga akan pernah benci sama Rio. Cuma kamu dan mamah kamu yg selalu di hati papah. Rio ga perlu ragu sama papah. Ya nak ya?" ucap pak zeth sambil mengelus kepala Rio.
           "iya pah, Rio ga akan nuntut banyak hal lagi sama papah. Mulai sekarang Rio bakalan ngerti sama pekerjaan papah. Papah ngelakuin semua ini karna papah sayang sama Rio"
           "syukur kalo kamu mengerti papah. Sudah pasti papah melakukan semuanya untuk kamu. Makasih ya nak, papah sangat bahagia" ucap pak zeth sembari melepaskan pelukannya. Air matanya pun tak terbendung lagi.
           "Rio yg harusnya bilang makasih ke papah. Maafin Rio pah" ucap Rio mengusap kedua matanya yg sembab.
           "sudah, sudah, yuk mendingan masuk. Kamu belum makan kan?" tanya pak zeth. Rio menggeleng pelan.
           "kalo gitu ayo masuk, kita makan sama-sama" Rio mengangguk. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah menuju ruang makan dengan perasaan lega dan bahagia. Bi inah dan mang ujang yg sedari tadi melihat adegan itu dari jendela dapur ikut terharu dan tersenyum bahagia. Semoga tidak ada pertengkaran lagi antar anak dan bapak ini.       

           Rio menghempaskan tubuhya di kasurnya yg empuk, setelah makan malam bersama papahnya tadi. Kini perasaannya lebih lega dan tenang. Ia kembali teringat dengan Ify. Gadis yg akhir-akhir ini selalu ada di pikirannya. Gadis yg telah berhasil menguasai hatinya. Gadis yg mampu membuatnya tersenyum kembali dan menyadarkannya dari kesalahan yg seharusnya tidak ia lakukan. Gadis yg mampu membuat Rio merasa nyaman ketika berada di dekatnya.

          "thanks Fy!" ucapnya pelan sambil menatap langit-langit kamarnya. Tercipta seulas senyuman di bibirnya. Kemudian memejamkan matanya dan tertidur pulas.

-keesokan harinya @Global Internasional HS

         "Ify, jam istirahat nanti kamu bisa ke ruangan saya sebentar?" ucap pak zeth setelah mengakhiri jam pelajarannya.
         "oh bisa pak, nanti saya akan ke ruangan bapak" jawab Ify.
         "baiklah kalau begitu pelajaran saya akhiri sampai di sini, kita akan lanjutkan minggu depan. Terima kasih dan selamat siang" ucap pak zeth kemudian melangkahkan kakinya keluar kelas.
         "siang pak!!" jawab murid-murid serempak.

>>>>SKIP SKIP<<<<

         Bel istirahat telah berbunyi beberapa detik yg lalu. Ify masih sibuk mencatat rumus-rumus matematika yg belum sempat ia tulis.

        "Fy, lo mau ke kantin ga?" tanya Via teman sebangkunya.
        "engga deh Via, gue belum selesai nih. Gue juga mau ke ruangan pak zeth nanti" jawab Ify fokus dengan catatannya.
        "yaudah gue duluan ya. Laper gue" ucap Via lagi sambil memegangi perutnya.
        "haha, iya gih sana"
        "babay Ify" ucap Via ngeloyor pergi meninggalkan Ify. Ify cuma geleng-geleng kepala ngeliat sahabatnya yg satu ini. Kemudian kembali dengan catatannya.

Setelah beberapa menit kemudian. . .

        "huhh.. Akhirnya selesai juga. Langsung ke pak zeth aja deh" ucap Ify membereskan bukunya, kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruangan pak zeth.

@ruangan pak zeth

        "tok..tok..tok.." pintu ruangan pak zeth diketuk.
        "masuk" seru pak zeth mempersilahkan seseorang yg mengetuk pintu masuk. Pintu ruangan terbuka.
        "permisi pak, maaf saya terlambat" ucap Ify masuk ke ruangan pak zeth dan menutup pintunya.
        "oh Ify, iya tidak apa-apa. Silahkan duduk" ucap pak zeth menunjuk kursi di depan mejanya. Ify mengangguk kemudian duduk di kursi yg ditunjuk pak zeth.
        "terima kasih pak, maaf pak, bapak ada apa ya manggil saya?" tanya Ify. Pak zeth tersenyum.
        "saya ingin berterima kasih sama kamu" jawab pak zeth. Ify mengerutkan keningnya.
        "terima kasih untuk apa pak?" tanya Ify yg masih bingung dengan gurunya ini.
        "saya dan anak saya sudah baikan" jawab pak zeth singkat kemudian tersenyum. Ify semakin bingung.
        "yg bener pak?" tanya Ify senang. Pak zeth mengangguk. "syukurlah kalo begitu pak. Tapi kenapa bapak berterima kasih sama saya?" lanjut Ify.
        "berkat saran-saran kamu, saya menjadi lebih kuat menghadapi anak saya. Dan sudah terbukti, apa yg kamu katakan memang benar. Terima kasih ya Ify" jawab pak zeth halus. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya.
        "oh itu, sama-sama pak. Tapi saya pikir itu murni kesadaran dari anak bapak" jawab Ify bijak.
        "memang benar. Tapi kamu yg membuat saya semangat dan kuat" ucap pak zeth.
        "iya pak sama-sama. Saya juga ikut senang kalau hubungan bapak dan anak bapak sudah lebih baik. Emm tapi apa ada lagi pak?" ucap Ify tersenyum ke arah pak zeth.
        "sebenarnya saya mau mentraktir kamu makan di kantin, kalau kamu mau" ucap pak zeth.
        "hah? Duh kayanya ga usah deh pak. Bapak repot-repot aja" tolak Ify.
        "saya tidak merasa keberatan. Kalo kamu menolak berarti kamu tidak menghargai saya"
        "bukan gitu pak, tapi..."
        "berarti kamu setuju. Ayo ke kantin" ucap pak zeth bangkit dari duduknya. Sementara Ify masih duduk di kursi.
            “tapi pak, saya ga enakan sama yang lain. Nanti dikiranya ada apa-apa lagi”
            “kamu tenang saja Ify, semuanya juga saya traktir kok”
            “maksud bapak?” Tanya Ify heran dengan perkataan pak zeth.
             “Ya untuk hari ini, siapapun yang makan atau minum di kantin gratis, alias tidak usah bayar. Biar saya yang bayar semuanya” jawab pak zeth membuat mata Ify melebar.
            “Bapak serius?” Tanya Ify lagi. Pak zeth mengangguk pasti.
            “yasudah ayo kita ke kantin, keburu bel masuk loh ntar” ucap pak zeth sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya menuju kantin. Ify mengangguk kemudian bangkit mengikuti langkah pak zeth.

@kantin

            Benar saja, di kantin sudah dipenuhi oleh siswa-siswi GHIS. Biasanya juga kalo jam istirahat penuh, tapi inikan ada bonusnya. Makan dan minum gratis tanpa bayar, sepuasnya lagi. Siapa yang ga mau coba. Pak zeth dan Ify kemudian memesan makanan mereka. Setelah itu mencari tempat duduk yang kosong. Tapi kayaknya meja-meja sudah dipenuhi semua. Tapi tunggu tunggu, masih ada satu meja lagi yang kosong di pojok kiri.

            “kita duduk di sana aja yuk, kayaknya Cuma di situ aja yang kosong” ucap Pak zeth sambil menunjuk meja kosong tadi. Ify mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan menuju meja tersebut.

             Pak zeth dan Ify kemudian melahap makanannya masing-masing. Sambil sesekali mengobrol atau bersenda gurau. Pak zeth terlihat sangat bahagia, tidak seperti beberapa hari yang lalu. Ify merasa sangat senang bisa sedekat ini dengan guru favoritnya ini. Ia merasa seperti bersama dengan ayahnya yang telah tiada. Banyak juga siswa-siswi yang mengucapkan terima kasih kepada Pak Zeth atas traktirannya ini. Ketika mereka sedang asik mengobrol, Ify melihat seseorang yang ia kenal sedang berdiri membawa mangkuk di tangannya sambil celingukan kebingungan. Sepertinya sedang mencari tempat untuk duduk. Pak zeth yang melihat Ify tiba-tiba diam langsung mengikuti arah pandang Ify.
             
            “Kamu kenapa Ify?” Tanya pak zeth membuyarkan pandangan Ify.
“Eh maaf pak. Itu ada temen saya, kayaknya lagi nyari tempat duduk. Apa boleh dia duduk di sini? Kan cuma di sini yang masih ada tempat kosong” jawab plus tanya Ify. Pak Zeth mengikuti arah yang ditunjuk Ify. Pak zeth terbelalak ketika melihat orang yang ditunjuk Ify.
“Maksud kamu, temen kamu itu Rio?” Tanya pak zeth masih memperhatikan Rio yang sedang berdiri di samping bu kantin.
“iya pak, bapak tau Rio?” ucap Ify balik bertanya.
“Jelas saya tau, dia salah satu siswa kebanggaan saya. Yasudah suruh dia duduk di sini” jawab pak zeth tidak memberi tau Ify bahwa Rio itu anaknya. Ify mengangguk dan tersenyum sumringah.
“Rio!!” panggil Ify. Rio yang merasa dipanggil mengedarkan pandangannya ke sumber suara. “sini” lanjut Ify melambaikan tangannya. Rio kemudian mendekat. Batapa terkejutnya Rio ketika melihat orang yang sedang bersama Ify. Ia adalah papahnya.
“Loh, pap….mmm Pak zeth ko ada di sini?” ucap Rio meralat ucapannya.
“Halo Rio, silahkan kamu duduk dulu. Kamu lagi nyari tempat duduk kan?” ucap pak zeth tanpa menjawab pertanyaan Rio. Rio memangguk. Kemudian mengambil tempat duduk di samping Ify. “tadi bapak mengajak Ify untuk makan bersama di kantin, makannya bapak ada di sini” lanjut pak zeth.
“iya Yo, tadi gue liat lo lagi nyari tempat duduk, kebetulan di sini masih kosong. Jadi gue ajak aja lo gabung sama gue sama pak zeth. Lo udah tau kan kalo kita di traktir sama pak zeth?” ucap Ify. Rio mengangguk, kemudian membulatkan mulutnya membentuk huruf O.
“terima kasih pak atas traktirannya” ucap Rio sedikit canggung. Pak zeth membalasnya dengan senyuman.

Ify, Pak zeth, dan Rio melahap makanannya sambil mengobrol-ngobrol mengenai pelajaran dan lain sebagainya. Pak zeth melihat Rio begitu akrab dengan Ify. Padahal setau pak zeth, anaknya ini tidak pernah terlihat dekat dengan dengan anak-anak di sekolah ini kecuali Alvin. Apalagi sama perempuan. Sejak kapan Rio berteman dengan Ify? Jangan-jangan yang menyadarkan Rio juga Ify. Begitu banyak pertanyaan di benak pak zeth mengenai anaknya ini. Tapi ia juga sangat bahagia dengan kedekatan antara anaknya dan murid kebanggaannya ini. Pak zeth malah berharap Rio dan Ify mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman.

Bel tanda berakhirnya jam istirahat pun berbunyi. Rio, pak zeth, dan Ify telah menghabiskan makanannya. Saatnya mereka bertiga kembali ke alamnya masing-masing alias tempatnya masing-masing. Pak zeth kembali ke ruangannya, Rio ke kelasnya di XI Special B, dan Ify di kelas XI special A. Rio sendiri masih heran dengan papahnya. Sedekat itukah papahnya dengan Ify? Entahlah..tapi yang pasti Rio akan mencari tau secepatnya..ya secepatnya.



bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar