Senin, 10 Juni 2013

Because Of You #chapter 3

This is the Chapter 3 of BOY story..
Happy Reading and let's check it out...



>>>SKIP

- Pulang Sekolah -

          "Yo, gue nebeng mobil lo ya, mobil gue masuk RS nih. He" ucap Alvin sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
          "boleh tapi lo yg nyetir, gue males nyetir" jawab Rio memberikan tumpangan kepada Alvin. Setelah buku-buku pelajaran mereka masukan ke tas, mereka segera beranjak menuju parkiran kemudian memasuki mobil Rio dan melaju menuju rumah Alvin.

          Selama diperjalanan tidak ada yg buka suara. Alvin konsen menyetir sedangkan Rio asik mendengarkan lagu lewat iPod nya.
          "Vin!" ucap Rio membuka pembicaraan. Yg dipanggil noleh ke arah orang yg manggil.
          "apa Yo?" jawab Alvin kemudian pandangannya kembali memperhatikan jalan.
          "ceritain ke gue mengenai Ify!" ucap Rio singkat dan datar tanpa memandang wajah yg diajak ngomong. Alvin sendiri kaget dan sontak menghentikan mobil secara mendadak.
          "srrrrrtttttt....duk" dahi Rio membentur dasbor mobil karena Alvin mengerem mendadak. Sedangkan Alvin tidak kenapa-kenapa karena ia yg menyetir jadi udah ada ancang-ancang.
          "apaan si lo Vin, lo gila ya ngerem mendadak. Sakit nih" omel Rio sambil mengelus-elus jidatnya yg sempat membentur dasbor mobil. Untungnya ga sampe parah.
          "sorry Yo, sorry, soalnya gue syok tadi lo ngomong gitu. Tapi lo gpp kan? Ga parah kan?" cerocos Alvin mencoba melihat jidat Rio. Namun tangannya ditepis oleh Rio.
          "iya ga parah, tapi sakit nih" ucap Rio masih memegangi jidatnya yg terasa sakit akibat membentur dasbor mobil.
          "ya sorry. Lagian buat apa lo nanya-nanya tentang Ify? Hemm.. gue tau lo naksir kan sama dia?" tanya Alvin menggoda Rio. Muka Rio memerah.
          "gak, cuma pengen tau" jawab Rio ketus menutupi kesaltingannya.
          "halaah tinggal bilang iya aja susah amat lo Yo. Ga mungkin lo nanya-nanya kalo gada apa-apa" ucap Alvin masih tetap menggoda Rio (bukan menggoda dalam arti lain loh ya).
          "lo mau ngasih tau atau engga? Kalo ga juga gpp" ucap Rio datar.
          "ngambek nih ceritanya, tapi lo yakin ga suka sama Ify?" ucap Alvin menggoda lagi sohibnya ini. Ia tau Rio menyukai Ify karna selama ini Rio gapernah terlihat sedekat itu sama cewe. Ngomong aja cuek begitu.
          "ck, gue ga naksir, tapi gue tertarik" jawab Rio berdecak sebal, sedangkan Alvin senyum sumringah. Akhirnya sobatnya ini mengakuinya.
          "yeee itu sama aja dodool" ucap Alvin menoyor kepala Rio.
          "ga usah noyor juga kali. Lo mau ngasih tau gue ga sih?" ucap Rio BT.
          "eh iya iya gue kasih tau lo tentang Ify" ucap Alvin sambil menjalankan kembali mobilnya. Kali ini lebih pelan. Rio melepaskan headset yg dari tadi menggantung di telinganya dan siap mendengarkan cerita Alvin.
          "setau gue, Ify itu orangnya baik, cantik, sopan, ramah, cerdas pula. Dia masuk sekolah kita juga karna dapet beasiswa prestasi" Alvin memulai ceritanya.
          "beasiswa?" potong Rio.
          "iya, masa lo gatau sih dia kan juara umum plus juara bertahan di sekolah kita. Kalo ga dari beasiswa, dia ga akan mampu sekolah di GIHS. Dulu sebelum bokapnya meninggal, dia hidup lebih lah. Tapi sekarang setelah bokapnya ga ada, dia harus hidup prihatin. Dia tinggal sama nyokap dan adenya. Nyokapnya punya toko roti yg lumayan gede sih, ga gede-gede amat. Tapi cuma cukup buat biaya hidup sehari-hari. Gue salut sama semangat dan kegigihan Ify. Kata Sivia, Ify orangnya ga pernah ngeluh. Selagi dia bisa dan belum mencoba, dia akan berusaha. Itu cerita yg gue tau tentang Ify dari Sivia" jelas Alvin panjang x lebar x tinggi. Rio yg sedari tadi mendengarkan cerita Alvin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanpa menoleh ke arah Alvin.

           Kemudian mobil berhenti di depan rumah Alvin yg besar. Mereka sudah sampai ternyata.
          "oke, udah nyampe nih. Thanks ya Yo" ucap Alvin keluar dari mobil Rio.
          "sama-sama. Thanks juga infonya" ucap Rio menggeserkan posisinya dibelakang kemudi.
          "sama-sama. Kejar deh tuh cewe. Jangan sampe keduluan sama yg lain" Rio mengerutkan keningnya, kemudian mengedikkan bahunya.
          "Gue balik ya" ucap Rio menjalankan mobil dan melaju menuju rumahnya.

-sesampainya di rumah-

           seperti biasa, Rio memarkirkan mobilnya di bagasi. Namun setelah itu, ia tidak langsung masuk ke rumahnya, melainkan melangkah menuju halaman belakang. Ia mendekati sebuah sangkar burung yg tergantung di depan rumah kaca tempat menyimpan tanaman-tanaman favorit almarhumah mamanya. Di dalamnya ada dua ekor burung yg sedang mematuk-matukkan mulutnya ke dalam wadah berisi air dan juga satu telur yg belum menetas. Itu adalah burung pemberian gadis yg akhir-akhir ini memenuhi pikirannya. Siapa lagi kalo bukan Ify. Rio kemudian mengambil  bungkusan makanan burung yg ada di lemari dalam rumah kaca. Kemudian menuangkan isinya ke wadah tempat makanan burung yg sebelumnya ia keluarkan dari sangkar burung. Lalu memasukkannya kembali ke dalam sangkar.
          "apa mungkin gue suka sama cewe itu?" ucap Rio seolah berbicara kepada burung yg sedang asik memakan makanan yg diberikan Rio barusan.
          Ada perasaan kagum dalam diri Rio terhadap gadis tirus itu setelah mendengar sedikit kisah hidupnya dari Alvin.
          "cewe siapa mas?" ucap seseorang mengagetkan Rio + membuyarkan lamunannya.
          "bi Inah? Bi Inah ngapain di sini?" ucap Rio mengalihkan pembicaraan.
          "ini bibi disuruh mang ujang naro bibit rosela di lemari situ. Soalnya mang ujangnya lagi makan" jawab bi Inah sambil menunjuk lemari yg terdapat dalam rumah kaca. Rio hanya meng'o'kan jawaban bi Inah kemudian memperhatikan burung yg ada dihadapannya (awas bukan burung yg lain loh ya :D )
          "jadi siapa cewe itu mas?" tanya bi Inah kepo.
          "cewe siapa apanya bi?" jawab Rio pura-pura ga tau. Padahal batinnya udah mengerutuki dirinya. Jangan lagi-lagi deh dia ngomong gitu.
          "tadi mas Rio sendiri bilang suka sama cewe. Nah cewe itu siapa?" tanya bi Inah greget banget.
          "masa sih aku ngomong gitu? Bibi salah denger kali" ucap Rio ngeles.
          "enggak ah, gini-gini pendengaran bibi masih tajam loh mas"
          "terserah bibi deh, aku masuk dulu ya bi. Daaah" ucap Rio pergi meninggalkan bi Inah yg masih bertanya-tanya siapa cewe yg disukai majikannya ini. Ia yakin majikannya ini sedang menyukai seseorang.           Setelah itu bi Inah kembali teringat akan tugasnya. Yaitu memasukkan bibit rosela ke dalam lemari.

           Rio merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yg empuk. Kemudian bangkit kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian, Rio telah selesai membersihkan dirinya. Ia menyalakan TV yg ada di kamarnya kemudian menontonya sambil membaringkan kembali tubuhnya di atas kasur. Rio merasa sangat lelah hari ini.

          "drrtdrrtdrrt..drrtdrrt" tiba-tiba iPhone Rio bergetar. Rio segera mengambil iPhonenya yg menyala di meja kecil samping tempat tidurnya. Tertulis di sana 'papah haling' calling. Rio mengerutkan keningnya, kemudian ia menekan tombol merah dan meletakkan kembali iPhonenya di tempat semula. Berkali-kali iPhone Rio bergetar tapi tak ia hiraukan. iPhone Rio akhirnya berhenti bergetar. Tak berapa lama kemudian terdengar nada pendek tanda ada sms masuk. Rio meraih kembali iPhonenya lalu membuka pesan masuk.

From: papah haling

mario, tolong angkat telfonnya. Papah mau ngomong. Papah tau kamu masih marah, tapi kali ini papah mohon jawab telfon papah.

           Tak lama setelah membaca sms dari papahnya, iPhone Rio bergetar kembali. Ya, papahnya menghubunginya lagi. Rio menghela nafas panjang, kali ini ia menekan tombol hijau.
           "halo mario!" terdengar suara papa Rio di ujung telpon.
           "hmm" jawab Rio seadanya.
           "nak, papah minta maaf. Kamu jangan bersikap seperti ini sama papah, papah sangat sayang saya kamu nak" ucap papah Rio lirih.
           "papah cuma mau ngomong itu? Udah pah Rio cape, Rio mau tidur. Lain kali aja ngomongnya. KLIK!" Rio memutuskan sambungan telfonnya dengan ayahnya. Kemudian menon-aktifkan iPhone nya. Rio memejamkan matanya dan tertidur pulas.

-sementara di tempat lain-

           "nak, papah minta maaf. Kamu jangan bersikap seperti ini sama papah, papah sangat sayang saya kamu nak" ucap papah Rio lirih.
           "tuuut..tuut..tuut" sambungan telfon terputus. lebih tepatnya diputus.
           "halo nak, nak, halo!" ucap papa Rio sedikit berteriak. Ialu melipatkan tangannya di meja dan menyandarkan kepalanya di atas lipatan tangannya.

            Ify yg sedari tadi melihat gurunya ini dari luar karena pintunya sedikit terbuka merasa heran. Ia akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam ruangan gurunya itu.
           "tok! Tok! Tok! Permisi.." Ify mengetuk pintu ruangan Pak Zeth kemudian menjumbulkan kepalanya dari balik pintu. Pak Zeth mendongakkan kepalanya. Terlihat matanya yg sembab dan sendu.
           "maaf Pak, saya mau memberikan berkas titipan Pak Dave. Katanya harus segera diberikan pada bapak" ucap Ify hati-hati.
           "oh iya silahkan masuk" Pak Zeth mempersilahkan Ify masuk. Ify memberikan berkas itu pada pak Zeth.
           "loh bapak nangis ya? Bapak kenapa?" ucap Ify tanpa sadar. Kemudian menutup mulutnya dengan tangan kanannya. "eh, ya ampun maaf pak saya lancang. Kalo begitu saya permisi dulu pak. Sekali lagi saya minta maaf ya pak" lanjut Ify menyatukan kedua telapak tangannya dan bergegas untuk pergi.
           "eh tunggu Ify!" ucap Pak Zeth mencegah langkah Ify yg sudah melangkah untuk keluar dari ruangan Pak Zeth. Ify menghentikan langkahnya.
           "bapak boleh ngobrol sama kamu?"
           "oh iya bisa Pak, ada apa Pak?" ucap Ify kembali menghadap Pak Zeth.
           "duduk di situ saja" ucap Pak Zeth bangkit dari duduknya dan melangkah menuju sofa yg ada di ruangannya. Ify mengikutinya dari belakang kemudian mereka duduk berdampingan.
           "boleh saya curhat sama kamu? Saya benar-benar frustasi" ucap pak Zeth lirih. Ify tersentak, kemudian menganggukkan kepalanya.
           "silahkan pak, dengan senang hati saya akan mendengarkan. Mungkin saya bisa bantu atau memberikan saran" jawab Ify tersenyum.
           "kamu pasti tadi sudah mendengar pembicaraan saya lewat telefon" pak Zeth memulai ceritanya.
           "emm..maaf Pak, tadi saya tidak sengaja mendengarnya"
           "tidak papa, kamu tidak salah. Tadi itu saya menghubungi anak saya. Saya ingin minta maaf atas kesalahan sy tapi sepertinya dia sudah terlanjur membenci saya"
           "memang bapak melakukan kesalahan apa?"
           "saya...." pak Zeth menceritakan pertengkarannya dengan Rio kemarin.
           "saya merasa gagal menjaga anak saya. Saya sangat sayang padanya. Tapi dia terlanjur membenci saya. saya memang bukan ayah yang baik" Air mata pak Zeth tak dapat terbendung lagi.
           "bapak, saya rasa bapak tidak sepenuhnya salah. Hanya saja anak bapak belum bisa mengerti akan posisi bapak. Bapak juga melakukan semua ini karena bapak sayang sama anak bapak kan? Tapi saya kira juga wajar saja anak bapak bersikap seperti itu. Dia juga butuh perhatian dan kasih sayang dari bapak, orang tua satu-satunya" jelas Ify lembut.
           "saya bingung harus melakukan apa untuk mengembalikan keceriaan anak saya, saya merasa putus asa" wajah pak zeth terlihat sangat sedih. Pipinya sudah dibasahi oleh air matanya yg terus mengalir.
           "bapak, bapak harus sabar. Cuma waktu yg bisa menjawabnya. Dulu, sebelum ayah saya meninggal hidup saya terasa sempurna. Ayah dan ibu sangat menyayangi saya. Tapi setelah ayah meninggal saya kurang mendapat perhatian dari ibu. Karna ibu harus mengurus toko roti. Saya juga sangat marah pada ibu saya sama seperti anak bapak. Tapi akhirnya saya mengerti, ibu melakukan itu semua karna ingin membahagiakan saya. Begitupun dengan anak bapak, saya yakin seiring berjalannya waktu anak bapak akan mengerti" ucap Ify sambil menggenggam erat tangan gurunya itu.
            "benar begitu Ify?" ucap Pak Zeth. wajahnya kembali sumringah penuh harap.
            "percaya sama saya pak. Bapak juga jangan lupa untuk selalu berdoa. Bukankah bapak sendiri yg bilang, putus asa hanya berlaku untuk orang yg lemah. Saya tau Bapak bukan orang yg lemah. Kita harus semangat dan maju dalam menghadapi apapun. Itu kan yg selalu bapak ajarkan pada saya juga murid-murid yg lain" ucap Ify semangat 45. Pak Zeth tampak berpikir sejenak. Kemudian menghela nafas panjang.
            "kamu benar Ify, saya bukan orang yg lemah. Terima kasih atas saran-saran kamu. Saya jadi lebih tenang sekarang" ucap Pak Zeth menghapus air matanya dan memukul pelan pundak Ify.
            "sama-sama pak, kalo bapak butuh tempat untuk cerita, saya siap mendengar cerita bapak. Rahasia dijamin aman pak. Hehe" jawab Ify nyengir.
            "yaya, terima kasih ya. Karna itulah bapak suka sama kamu"
            "ah bapak bisa aja, he. Yasudah pak saya permisi dulu. Sebentar lagi masuk" ucap Ify bangkit dari duduknya, diikuti pak zeth.
            "iya silahkan sekali lagi terima kasih ya"
            "sip pak, sama-sama. Kalo begitu saya permisi pak" ucap Ify menyalami gurunya kemudian berlalu pergi.
            "andaikan Rio seperti kamu, saya merasa sangat bahagia" batin pak zeth.
            "tunggu, tunggu, apa Ify tidak tau anak saya itu Rio" batin pak zeth lagi.
            "ah sudahlah" kemudian pak Zeth mencuci mukanya dan kembali mengajar.

             Hari-hari berikutnya, Rio masih belum mau bicara dengan papahnya. Ia masih marah dengan papahnya. Sebenernya ia tidak ingin mendiami papahnya begini. Tapi ya sudahlah.

@kantin

             "boleh ikut duduk? Penuh nih" ucap Ify sambil membawa semangkuk baksonya. Seseorang mendongakkan kepalanya. Tiba-tiba saja jantungnya kembali berdegup cepat.
             "boleh" ucapnya pendek.
             "makasih" ucap Ify menduduki bangkunya. "ga sama Alvin?" lanjutnya kepada seseorang dihadapannya yg tak lain adalah Rio.
             "ga, mau pacaran sama Sivia" ucap Rio tetap memakan makanannya, tanpa melihat ke arah Ify.
             "bener juga, pantesan tadi Sivia diajak ngantin ga mau" ucap Ify sembari mengaduk-adukkan baksonya.
             "oya gue pengen tanya, katanya lo punya toko roti?" tanya Rio. Ify mengerutkan keningnya, tau dari mana ini anak. Kemudian mengangguk tersenyum.
             "bukan punya gue sih, punya ibu. He. Tapi ngomong-ngomong lo tau dari mana?"
             "alvin" jawab Rio pendek. Ify hanya meng'oh'kan jawaban Rio. "kapan-kapan ajak gue ke toko roti lo" lanjutnya membuat Ify kaget. Untung aja ga lagi makan. Bisa-bisa keselek nanti.
             "buat?"
             "gue mau tau"
             "boleh kok, asal jangan malem-malem. Tokonya udah tutup. He" ucap Ify becanda. Rio menyunggingkan bibirnya.
             "lo setiap hari berangkat naik sepeda?" tanya Rio mengalihkan pembicaraan.
             "yapp" jawab Ify sekenanya.
             "emang rumah lo deket dari sini?"
             "lumayan jauh sih, emang kenapa?"
             "lo ga cape berangkat-pulang naik sepeda. Terus lo ga takut telat?" cerocos Rio.
             "cape sih pasti lah, tapi kalo cape ya tinggal minum aja, Hehe. lagian kendaraan yg gue punya cuma itu. Sebenernya ada motor, tapi dipake ibu buat belanja sama ngnterin pesenan roti. Kalo masalah telat ke sekolah, gue biasa bangun pagi. Jadi ga masalah juga. Paling ya kalo kesiangan atau ujan naik angkot" Jelas Ify sembari mengaduk-adukkan es jeruk yg ada di hadapannya menggunakan sedotan, sedangkan yg nanya hanya mendengarkan dan menatap gadis dihadapannya bicara tanpa berkedip.
             "oh, kalo lo cape kenapa ga sekalian naik angkot aja terus?"
             "biar lebih hemat. Kalo bawa kendaraan sendiri juga kan bebas mau kemana aja. Kalo naik angkot harus muter-muter dulu, nunggu dulu. Lagian buat apa ada sepeda kalo dianggurin?" jawab Ify lagi.
             "lo ga malu naik sepeda ke sekolah?"
             "haha ngejek nih ceritanya?"
             "ya bukan gitu maksud gue. Maksud gue..."
             "yayaya gue ngerti kok. Gue tau lo bukan tipe orang yg suka ngrendahin orang lain. Gue ga pernah malu atas apa yg gue punya saat ini. Termasuk sepeda gue. Toh emang itu yg gue punya. Awalnya ada si perasaan minder liat temen-temen dianter jemput naik mobil, atau bawa mobil sendiri, bahkan ada loh yg ngerjain sepeda gue"
             "ngerjain sepeda lo?" ucap Rio sedikit kaget. ada ya orang yang kurang kerjaan gitu ngerjain sepeda orang lain.
             "iya dikempesin lah, dibocorin bannya, diketawain lah, tapi gue selalu yakinin dalam diri gue kalo gue masuk ke sekolah ini buat ngejar cita-cita gue. Perlu perjuangan keras buat bisa sekolah di sini, dan sekarang gue udah sekolah di sini harus berjuang lebih keras lagi ngadepin semuanya, termasuk ngadepin temen-temen yg masih belum nerima gue. Selama itu masih wajar dan ga ngerugiin orang lain, kenapa harus malu? Sia-sia dong kalo harus malu, malu, dan malu terus" jawab Ify mantap. Rio menjadi tambah kagum dengan gadis ini, Ify memang gadis yg beda. Belum pernah ia bertemu gadis seperti Ify ini.
             "terus sampe sekarang sepeda lo masih sering dikerjain?"
             "bersyukurnya udah engga. Gue juga heran tiba-tiba aja orang-orang yg pernah ngerjain sepeda gue minta maaf dan sekarang sikap mereka lebih baik dari sebelumnya. Padahal gue ga pernah marah-marah atau apa. Tapi jujur gue seneng" ucap Ify kemudian melahap baksonya.
             "karna lo tuh beda Fy" batin Rio yg sedari tadi memperhatikan Ify. Ia mendengar jawaban-jawaban Ify dengan sangat puas. Sampai-sampai ia lupa akan baksonya.
             "baksonya ga diabisin?" kali ini Ify balik bertanya.
             "gue udah kenyang" jawab Rio cuek seperti biasa. Rio emang paling bisa nyembunyiin kegugupannya. Kemudian meminum es teh botol miliknya.
             "oh, lo sendiri kalo ke sekolah naik apa?" tanya Ify lagi.
             "kadang motor kadang mobil" jawab Rio. Ify hanya membulatkan mulutnya. "lo udah bayar?" lanjut Rio.
             "belum nanti sekalian aja" jawab Ify kemudian melanjutkan makannya.
             "yaudah gue duluan" ucap Rio bangkit dari duduknya. Ify menganggukkan kepalanya. Kemudian melanjutkan kembali makannya. Sedangkan Rio berlalu pergi.

             Setelah menghabiskan makanannya, Ify beranjak menuju ibu kantin untuk membayar makanannya.

            "bu tadi saya makan 1 mangkuk bakso sama es jeruknya 1. Jadi berapa bu?" tanya Ify sambil merogoh saku bajunya.
            "oh mba Ify, loh tadi kan sudah dibayar mba" jawab ibu kantin.
            "hah? Belum kok bu. Saya baru mau baru bayar sekarang nih. Paling ibu salah liat kali"
            "memang bukan mba yg bayar tadi, tapi mas Mario yg bayarin" jawab ibu kantin membuat Ify membelalakkan matanya.
            "maksud ibu, Rio?" tanya Ify lagi. Ibu kantin menganggukkan kepalanya."Apa maksudnya Rio" pikir Ify.     
            "jangan-jangan, waktu nanyain pas makan tadi. Gue kan bilang belum bayar" batin Ify.
            "yasudah bu, makasih ya" ucap Ify meninggalkan kantin.
            "iya mba sama-sama"

            Ify kembali ke kelasnya. Ia melewati kelas Rio. Rencananya Ify ingin berterima kasih kepada Rio soal yg di kantin tadi. Tapi dari tadi nyari-nyari, yg di cari malah ga ada.
            "nanti aja deh kalo ketemu" ucap Ify kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju kelasnya.
@XI Special A

            suasana di kelas agak sedikit gaduh. Maklum, guru yg seharusnya mengajar berhalangan hadir karena ada keperluan mendadak. Sehingga hanya diberi tugas saja. Ify baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia mengambil novel yg ia pinjam di perpustakaan kemudian membacanya. Tapi bukannya baca novel, pikirannya malah kemana-mana. Ify kepikiran sama Rio. Sebenernya Ify mengagumi sosok Rio semenjak mereka sering bertemu. Menurut Ify, Rio tuh susah ditebak. Kadang sikapnya cuek, kadang ramah, kadang halus banget, kadang jutek banget, kadang juga perhatian. Tapi itu yg ngebuat Ify jadi penasaran sama Rio.
            "woyy ngelamun aja! Kesambet loh" ucap Sivia menyadarkan Ify dari lamunannya.
            "eh siapa yg ngelamun. Orang lagi baca novel" jawab Ify.
            "lo hebat ya bisa baca novel kebalik begitu. Gue mah pusing" tambah Sivia lagi. Ia terkekeh.
            "oh, iya juga ya. Hehe" ucap Ify menahan malu. Kemudian membetulkan posisi novelnya.
            "lagian lo mikirin apa sih? Mikirin Rio ya?" goda Sivia.
            "hah? Ya nggak lah. Ngapain juga mikirin Rio" jawab Ify salting.
            "yakin? Gue liat lo sering sama dia. Tadi aja gue liat lo duduk bareng sama dia di kantin"
            "perasaan lo aja kali. Tadi itu di kantin penuh, gue liat di meja yg ditempatin Rio masih kosong yaudah gue minta ikut gabung"
            "masa sih masa sih?" goda Sivia lagi sambil mengedipkan matanya.
            "yeee, udah sana kerjain tuh tugas bentar lagi bel" ucap Ify berusaha mengalihkan pembicaraan.
            "iya iya akh" ucap Sivia kemudian melanjutkan mengerjakan tugas kembali. Sedangkan Ify sesegera mungkin mengusir bayang-bayang Rio dan kembali dengan novelnya.


@@@@@

            Rio sedari tadi membolak-balikkan novel di tangannya. Ya saat ini Rio sedang ada di mall mangga dua tepatnya di toko buku gramedia. Sudah puluhan novel yg ia lihat. Tapi belum ada juga yg ia lirik. Kemudian pandangannya beralih pada sosok gadis yg sedang berdiri sambil membaca sebuah novel ditangannya. Sepertinya ia kenal. Rio tidak bisa melihatnya dengan jelas karena wajahnya tertutup rambutnya yg digerai panjang juga kaca mata yg bertengger di matanya. Perlahan Rio mendekatkan dirinya pada gadis itu. Ia membelalakkan matanya ketika mengetahui siapa gadis itu.



to be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar