Kamis, 20 Juni 2013

Because Of You #chapter 6



-keesokan harinya setelah pulang sekolah-

Ify melangkahkan kakinya menuju parkiran GIHS untuk mengambil sepedanya. Kemudian menaiki sepedanya dan segera menuju gerbang sekolah. Saat menuju gerbang, Ify melihat seseorang yg dikenalinya sepertinya sedang menunggu seseorang. Dia sedang memainkan hpnya sambil duduk menaiki sepedanya. Ify menghentikan sepedanya.

"loh, itukan Rio. Eh tapi masa iya naik sepeda. Tapi itu bener Rio ah. Lagi nunggu siapa dia?" gumam Ify dan melanjutkan mengendarai sepedanya mendekati Rio.
"tuh kan bener Rio" ucap Ify setelah mendekati orang itu. Rio mendongakkan kepalanya.
"eh elo Fy, udah mau balik?" tanya Rio sambil memasukkan iPhonnya ke saku celananya. Ify mengangguk.
"iya. Eh tumben lo naik sepeda, terus kenapa belum balik? Lo lagi nunggu orang ya?" tanya Ify bertubi-tubi. Rio hanya tertawa geli mendengar pertanyaan yg dilontarkan Ify kepadanya.
"yaelah Fy, satu-satu dong nanyanya. Gue dari tadi nunggu lo. Makanya gue naik sepeda" jawab Rio.
"hehe, ada apa emang? Kok lo nungguin gue?" tanya Ify lagi sedikit heran dengan jawaban Rio.
"waktu itu kan lo udah janji mau ngajak gue ke toko roti lo. Sekarang gue mau ke sana"
"lo serius?" tanya Ify masih tak percaya. Rio mengangguk.
"serius lah. ga boleh ya?" jawab plus tanya Rio sedikit jutek.
"eh.. Ya boleh lah masa ga boleh sih. Yaudah deh keburu sore. let's caoooww!!" ucap Ify bersiap melaju dengan sepedanya. Rio hanya tersenyum melihat tingkah Ify dan menganggukkan kepalanya. Kemudian mengikuti Ify yg sudah pergi terlebih dahulu.

Selama di perjalanan mereka asik mengobrol dan bercanda. Ify merasa nyambung dengan Rio, begitu juga dengan Rio.

"Fy, lo kok deket banget ya sama pak zeth?" tanya Rio di sela-sela pembicaraannya.
"hehe, gue juga ga tau kenapa bisa deket sama pak zeth. Yg gue tau, gue selalu ngerasa nyambung kalo ngobrol sama pak zeth. Nerasa nyaman, gue kan pernah bilang pak zeth kaya almarhum bapak gue yg udah ga ada" jelas Ify, Rio hanya manggut-manggut. "tapi lo tenang aja, hubungan gue sama pak zeth ga lebih dari sekedar guru sama murid kok. Kalopun kita deket, mungkin itu juga karena gue dapet beasiswa, gue kan sering ngurus-ngurus beasiswa tuh, jadi sering ketemu juga ngobrol sama pak zeth" lanjut Ify.
"lo hebat ya bisa dapet beasiswa" ucap Rio tanpa memandang Ify. Ify melirik ke arah Rio.
"engga juga kok Yo. Masih banyak yg lebih hebat dari gue, hehehe" ucap Ify nyengir.
"tetep aja judulnya hebat" jawab Rio. Ify cuma senyam senyum gaje karna malu. "gausah malu kali" ucap Rio datar. Ify melirik ke arah Rio.
"yeee, siapa juga yg malu. Eitttsss...stop.." ucap Ify sedikit berteriak. Ify dan Rio mengerem mendadak.
"lo bikin kaget tau ga. Ada apa sih?" ucap Rio sedikit kesal dengan ucapan Ify yg membuatnya harus mengerem mendadak.
"sorry Yo, lo sih ngajakin ngomong terus. Udah nyampe nih" jawab Ify sambil turun dari sepedanya. "yuk masuk!" lanjut Ify sambil menuntun sepedanya menuju pelataran toko roti. Rio mengangguk, kemudian mengikuti Ify menuntun sepedanya.
"jadi ini toko roti lo?" tanya Rio sambil melihat nama toko roti Ify. "RiFy's Bread?" batin Rio.
"iya ini toko roti ibu. Yuk kita ke dalem!" jawab Ify. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam toko yg cukup ramai.

@toko

"eh Fy kamu udah pulang?" ucap seorang wanita yg sedang melayani pembeli.
"iya mba, ibu mana mba?" tanya Ify yg tidak melihat ibunya di situ.
"ibu ada di dalem lagi makan dulu katanya. Eh ini siapa Fy?" jawab plus tanya wanita itu yg sadar akan kehadiran Rio di situ.
"oh kenalin mba, ini temen Ify namanya Rio. Rio, ini mba Irva salah satu pegawainya ibu. He" ucap Ify saling memperkenalkan mereka. Rio dan mba Irva saling bersalaman.
"Rio"
"Irva"
"temen ya? Temen apa temen?" ucap mba Irva sambil menaik turunkan alisnya.
"iyalah temen. Mba jangan mulai deh. Yaudah mba, aku sama Rio ke dalem dulu ya, mau ke ibu. Yuk Yo!" ucap Ify, disertai anggukan Rio. Mba Irva hanya tersenyum melihatnya.

Ify dan Rio kemudian masuk ke dalam ruangan belakang toko. Ada seorang wanita paru baya sedang duduk menghadap meja makan sambil menyantap makanannya.

"siang ibu!" sapa Ify kepada wanita paru baya itu yg ternyata ibunya sendiri.
"eh Ify, siang. Udah pulang nak?" tanya ibu.
"udah" jawab Ify kemudian menyalami tangan ibunya. Diikuti Rio.
"eh siapa nih Fy?" tanya ibu (lagi) kepada anaknya yg kaget dengan adanya Rio yg juga menyalaminya.
"kenalin bu, ini Rio temen Ify. Nah Yo, kenalin ini ibu gue yg cantiknya tiada tara" jawab Ify nyengir.
"apaan sih kamu Fy" ucap ibunda Ify sambil mencubit pelan pinggang Ify. Rio hanya tersenyum geli.
"Rio tante" ucap Rio memperkenalkan dirinya kepada ibunya.
"Gina, aduh kamu jangan panggil tante ya. Ibu aja. Bu Gina lengkapnya. Canggung soalnya dipanggil tante" ucap ibu Ify tersenyum.
"ga masalah tante. Eh ibu" jawab Rio meralat ucapannya. Bu Gina dan Ify hanya tertawa kecil.
"yaudah sini duduk, udah pada makan belum? Makan yuk!" ajak bu Gina.
"makasih bu tapi gausah, saya udah makan tadi di sekolah" jawab Rio menolak ajakan Ify.
"kalo gitu Ify juga nanti aja deh makannya"
"eh jangan Fy, lo kalo mau makan, makan aja. Biar gue ke luar mau liat-liat roti lo"
"gapapa gue juga ga laper-laper banget. Lagian lo kan tamu, masa ditinggalin. Gue temenin deh" jawab Ify. Rio hanya tersenyum melihatnya. Hatinya merasa senang mendengar ucapan gadis ini.
“heloo.. Rioo!! Lo baik-baik aja kan?” ucap Ify sambil melambaikan tangannya ke depan wajah tampan Rio.
“Eh iya kenapa Fy?” Tanya Rio yang sudah sadar dari lamunannya.
“yeeeh,, lo malah ngelamun deh. Yaudah ayo ke depan, katanya lo mau liat-liat roti ” ajak Ify.
“eh iya deh, yaudah Bu, Rio ke depan dulu” pamit Rio kepada Bu gina. Kemudian mereka berdua melangkah menuju depan tempat dimana berbagai jenis roti berjejer. Bu Gina mengangguk tersenyum.

@toko roti (bukannya dari tadi yahh?? lanjutt)

                “ternyata roti itu buatan keluarga Ify ” batin Rio ketika melihat roti kesukaannya yang sering dibelikan oleh papahnya atau bi inah dengan label yang sama dengan took roti milik Ify.
                “huaaaaaaa…hiks…hiks..huaaaa” tiba-tiba suara tangisan seorang anak kecil mengagetkan para pengunjung yang ada di took roti termasuk Rio dan Ify.
“ACHA!!” ucap Ify kepada anak kecil tersebut yang ternyata Acha adiknya. Kemudian ia segera menghampiri adiknya yang menangis di teras toko. Rio yang masih bingung hanya mengikuti Ify dari belakang.
“ya ampun, Acha kenapa?” Tanya Ify lembut melihat adiknya menangis dengan lutut sang adik yang terluka.
“tadi..hiks..waktu Acha lagi makan es krim..hiks..Acha kesandung..hiks..jadinya Acha jatoh..hiks..” jawab Acha sesenggukkan.
“Fy, lututnya berdarah. Cepet ambil kotak obat” suruh Rio.
“tapi di sini ga ada Yo. Ada di rumah” ucap Ify khawatir.
“astaga.. gue lupa. Gue bawa. Lo ambil air bersih gih buat bersiin lukanya” ucap Rio menepok jidatnya. Ify mengangguk, kemudian segera masuk untuk menganmbil air bersih. Rio menggendong Acha dan mendudukkan Acha di kursi yang ada di teras kemudian mengeluarkan kotak kecil berisi obat-obatan yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga dari tas ranselnya.
“Acha jangan nangis lagi ya, lukanya nanti di obtain kok” ucap Rio mencoba menenangkan Acha yang masih menangis sambil mensejajarkan tinggi badannya dengan badan Acha. Tak beberapa lama, Ify keluar dari toko dengan membawa sebuah wadah yang berisi air bersih.



 bersambung...

Kamis, 13 Juni 2013

Because Of You #chapter 5


    part 5nya dateng nih...
    maafkan daku jikalau lama..
    let's read and check it out..  

@@@@

           Rio berlari menuju halaman belakang rumahnya. Maklum, rumahnya kegedean jadi ke halaman belakang aja harus lari. Sesampainya di halaman belakang, ia menghentikan langkahnya. Terlihat seorang lelaki paruh baya sedang duduk di kursi sambil memperhatikan dua ekor kelinci yg sedang berlarian kesana-kemari. Posisi orang itu memunggungi Rio, sehingga tidak mengetahui kedatangan Rio. Tak terasa titik-titik air mata Rio jatuh menetes basah di pipi kurus Rio. Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati lelaki paruh baya itu yg tak lain adalah papahnya.

           "pah.." ucap Rio lirih berusaha melangkahkan kakinya yg terasa berat tapi masih terdengar oleh papahnya. Pak zeth menoleh, membalikkan badannya. Ia terkejut ketika melihat wajah anak semata wayangnya telah dibasahi air mata.
           "Mario!" ucap pak zeth bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju anaknya. "kamu kenapa nak?" lanjutnya sambil memegang pundak Rio. Rio menjatuhkan dirinya ke rumput dengan lutut sebagai penopang tubuhnya. Kakiknya benar-benar lemas. Rio tidak berani menatap papahnya. Ia sangat merasa bersalah. Kemudian ia memeluk kaki papahnya yg kini ada di hadapannya.
           "pah.. Rio minta maaf.. Rio udah salah sama papah.. Maafin Rio pah.." ucap Rio sambil terus menangis. Sedangkan pak zeth sangat tidak menyangka dengan apa yg sedang dilakukan anaknya. Kemudian tangannya refleks melepaskan tangan Rio dan membantunya untuk bangkit.
           "kamu ga salah nak, ayo bangun" ucap pak zeth lembut sambil membantu Rio bangkit.
           "pah maafin Rio, Rio udah ngelakuin kesalahan besar. Rio udah nyakitin papah. Papah berhak hukum Rio" ucap Rio kini berani menatap mata papahnya. Tatapan tulus yg selama ini selalu pak zeth rindukan.
           "setiap orang punya kesalahan Rio. Ga cuma Rio. Papah juga. Rio juga marah sama papah karna papah ga perhatian sama Rio. Papah akuin papah salah. Tapi ga ada alasan buat papah ga maafin Rio. Papah juga minta maaf ya?" ucap papah Rio.
           "papah maafin Rio?" tanya Rio lagi. Pak zeth mengangguk pasti. "makasih banyak pah" ucap Rio langsung memeluk papahnya. Begitupun sebaliknya. Rio merasa hatinya lebih lega. Ia sangat bahagia bisa memeluk papahnya kembali.
           "gada gunanya papah ngasih kamu hukuman. Yg harus Rio tau, sebesar apapun kesalahan Rio, papah tetap sayang sama Rio. Papah ga akan pernah benci sama Rio. Cuma kamu dan mamah kamu yg selalu di hati papah. Rio ga perlu ragu sama papah. Ya nak ya?" ucap pak zeth sambil mengelus kepala Rio.
           "iya pah, Rio ga akan nuntut banyak hal lagi sama papah. Mulai sekarang Rio bakalan ngerti sama pekerjaan papah. Papah ngelakuin semua ini karna papah sayang sama Rio"
           "syukur kalo kamu mengerti papah. Sudah pasti papah melakukan semuanya untuk kamu. Makasih ya nak, papah sangat bahagia" ucap pak zeth sembari melepaskan pelukannya. Air matanya pun tak terbendung lagi.
           "Rio yg harusnya bilang makasih ke papah. Maafin Rio pah" ucap Rio mengusap kedua matanya yg sembab.
           "sudah, sudah, yuk mendingan masuk. Kamu belum makan kan?" tanya pak zeth. Rio menggeleng pelan.
           "kalo gitu ayo masuk, kita makan sama-sama" Rio mengangguk. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah menuju ruang makan dengan perasaan lega dan bahagia. Bi inah dan mang ujang yg sedari tadi melihat adegan itu dari jendela dapur ikut terharu dan tersenyum bahagia. Semoga tidak ada pertengkaran lagi antar anak dan bapak ini.       

           Rio menghempaskan tubuhya di kasurnya yg empuk, setelah makan malam bersama papahnya tadi. Kini perasaannya lebih lega dan tenang. Ia kembali teringat dengan Ify. Gadis yg akhir-akhir ini selalu ada di pikirannya. Gadis yg telah berhasil menguasai hatinya. Gadis yg mampu membuatnya tersenyum kembali dan menyadarkannya dari kesalahan yg seharusnya tidak ia lakukan. Gadis yg mampu membuat Rio merasa nyaman ketika berada di dekatnya.

          "thanks Fy!" ucapnya pelan sambil menatap langit-langit kamarnya. Tercipta seulas senyuman di bibirnya. Kemudian memejamkan matanya dan tertidur pulas.

-keesokan harinya @Global Internasional HS

         "Ify, jam istirahat nanti kamu bisa ke ruangan saya sebentar?" ucap pak zeth setelah mengakhiri jam pelajarannya.
         "oh bisa pak, nanti saya akan ke ruangan bapak" jawab Ify.
         "baiklah kalau begitu pelajaran saya akhiri sampai di sini, kita akan lanjutkan minggu depan. Terima kasih dan selamat siang" ucap pak zeth kemudian melangkahkan kakinya keluar kelas.
         "siang pak!!" jawab murid-murid serempak.

>>>>SKIP SKIP<<<<

         Bel istirahat telah berbunyi beberapa detik yg lalu. Ify masih sibuk mencatat rumus-rumus matematika yg belum sempat ia tulis.

        "Fy, lo mau ke kantin ga?" tanya Via teman sebangkunya.
        "engga deh Via, gue belum selesai nih. Gue juga mau ke ruangan pak zeth nanti" jawab Ify fokus dengan catatannya.
        "yaudah gue duluan ya. Laper gue" ucap Via lagi sambil memegangi perutnya.
        "haha, iya gih sana"
        "babay Ify" ucap Via ngeloyor pergi meninggalkan Ify. Ify cuma geleng-geleng kepala ngeliat sahabatnya yg satu ini. Kemudian kembali dengan catatannya.

Setelah beberapa menit kemudian. . .

        "huhh.. Akhirnya selesai juga. Langsung ke pak zeth aja deh" ucap Ify membereskan bukunya, kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruangan pak zeth.

@ruangan pak zeth

        "tok..tok..tok.." pintu ruangan pak zeth diketuk.
        "masuk" seru pak zeth mempersilahkan seseorang yg mengetuk pintu masuk. Pintu ruangan terbuka.
        "permisi pak, maaf saya terlambat" ucap Ify masuk ke ruangan pak zeth dan menutup pintunya.
        "oh Ify, iya tidak apa-apa. Silahkan duduk" ucap pak zeth menunjuk kursi di depan mejanya. Ify mengangguk kemudian duduk di kursi yg ditunjuk pak zeth.
        "terima kasih pak, maaf pak, bapak ada apa ya manggil saya?" tanya Ify. Pak zeth tersenyum.
        "saya ingin berterima kasih sama kamu" jawab pak zeth. Ify mengerutkan keningnya.
        "terima kasih untuk apa pak?" tanya Ify yg masih bingung dengan gurunya ini.
        "saya dan anak saya sudah baikan" jawab pak zeth singkat kemudian tersenyum. Ify semakin bingung.
        "yg bener pak?" tanya Ify senang. Pak zeth mengangguk. "syukurlah kalo begitu pak. Tapi kenapa bapak berterima kasih sama saya?" lanjut Ify.
        "berkat saran-saran kamu, saya menjadi lebih kuat menghadapi anak saya. Dan sudah terbukti, apa yg kamu katakan memang benar. Terima kasih ya Ify" jawab pak zeth halus. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya.
        "oh itu, sama-sama pak. Tapi saya pikir itu murni kesadaran dari anak bapak" jawab Ify bijak.
        "memang benar. Tapi kamu yg membuat saya semangat dan kuat" ucap pak zeth.
        "iya pak sama-sama. Saya juga ikut senang kalau hubungan bapak dan anak bapak sudah lebih baik. Emm tapi apa ada lagi pak?" ucap Ify tersenyum ke arah pak zeth.
        "sebenarnya saya mau mentraktir kamu makan di kantin, kalau kamu mau" ucap pak zeth.
        "hah? Duh kayanya ga usah deh pak. Bapak repot-repot aja" tolak Ify.
        "saya tidak merasa keberatan. Kalo kamu menolak berarti kamu tidak menghargai saya"
        "bukan gitu pak, tapi..."
        "berarti kamu setuju. Ayo ke kantin" ucap pak zeth bangkit dari duduknya. Sementara Ify masih duduk di kursi.
            “tapi pak, saya ga enakan sama yang lain. Nanti dikiranya ada apa-apa lagi”
            “kamu tenang saja Ify, semuanya juga saya traktir kok”
            “maksud bapak?” Tanya Ify heran dengan perkataan pak zeth.
             “Ya untuk hari ini, siapapun yang makan atau minum di kantin gratis, alias tidak usah bayar. Biar saya yang bayar semuanya” jawab pak zeth membuat mata Ify melebar.
            “Bapak serius?” Tanya Ify lagi. Pak zeth mengangguk pasti.
            “yasudah ayo kita ke kantin, keburu bel masuk loh ntar” ucap pak zeth sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya menuju kantin. Ify mengangguk kemudian bangkit mengikuti langkah pak zeth.

@kantin

            Benar saja, di kantin sudah dipenuhi oleh siswa-siswi GHIS. Biasanya juga kalo jam istirahat penuh, tapi inikan ada bonusnya. Makan dan minum gratis tanpa bayar, sepuasnya lagi. Siapa yang ga mau coba. Pak zeth dan Ify kemudian memesan makanan mereka. Setelah itu mencari tempat duduk yang kosong. Tapi kayaknya meja-meja sudah dipenuhi semua. Tapi tunggu tunggu, masih ada satu meja lagi yang kosong di pojok kiri.

            “kita duduk di sana aja yuk, kayaknya Cuma di situ aja yang kosong” ucap Pak zeth sambil menunjuk meja kosong tadi. Ify mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan menuju meja tersebut.

             Pak zeth dan Ify kemudian melahap makanannya masing-masing. Sambil sesekali mengobrol atau bersenda gurau. Pak zeth terlihat sangat bahagia, tidak seperti beberapa hari yang lalu. Ify merasa sangat senang bisa sedekat ini dengan guru favoritnya ini. Ia merasa seperti bersama dengan ayahnya yang telah tiada. Banyak juga siswa-siswi yang mengucapkan terima kasih kepada Pak Zeth atas traktirannya ini. Ketika mereka sedang asik mengobrol, Ify melihat seseorang yang ia kenal sedang berdiri membawa mangkuk di tangannya sambil celingukan kebingungan. Sepertinya sedang mencari tempat untuk duduk. Pak zeth yang melihat Ify tiba-tiba diam langsung mengikuti arah pandang Ify.
             
            “Kamu kenapa Ify?” Tanya pak zeth membuyarkan pandangan Ify.
“Eh maaf pak. Itu ada temen saya, kayaknya lagi nyari tempat duduk. Apa boleh dia duduk di sini? Kan cuma di sini yang masih ada tempat kosong” jawab plus tanya Ify. Pak Zeth mengikuti arah yang ditunjuk Ify. Pak zeth terbelalak ketika melihat orang yang ditunjuk Ify.
“Maksud kamu, temen kamu itu Rio?” Tanya pak zeth masih memperhatikan Rio yang sedang berdiri di samping bu kantin.
“iya pak, bapak tau Rio?” ucap Ify balik bertanya.
“Jelas saya tau, dia salah satu siswa kebanggaan saya. Yasudah suruh dia duduk di sini” jawab pak zeth tidak memberi tau Ify bahwa Rio itu anaknya. Ify mengangguk dan tersenyum sumringah.
“Rio!!” panggil Ify. Rio yang merasa dipanggil mengedarkan pandangannya ke sumber suara. “sini” lanjut Ify melambaikan tangannya. Rio kemudian mendekat. Batapa terkejutnya Rio ketika melihat orang yang sedang bersama Ify. Ia adalah papahnya.
“Loh, pap….mmm Pak zeth ko ada di sini?” ucap Rio meralat ucapannya.
“Halo Rio, silahkan kamu duduk dulu. Kamu lagi nyari tempat duduk kan?” ucap pak zeth tanpa menjawab pertanyaan Rio. Rio memangguk. Kemudian mengambil tempat duduk di samping Ify. “tadi bapak mengajak Ify untuk makan bersama di kantin, makannya bapak ada di sini” lanjut pak zeth.
“iya Yo, tadi gue liat lo lagi nyari tempat duduk, kebetulan di sini masih kosong. Jadi gue ajak aja lo gabung sama gue sama pak zeth. Lo udah tau kan kalo kita di traktir sama pak zeth?” ucap Ify. Rio mengangguk, kemudian membulatkan mulutnya membentuk huruf O.
“terima kasih pak atas traktirannya” ucap Rio sedikit canggung. Pak zeth membalasnya dengan senyuman.

Ify, Pak zeth, dan Rio melahap makanannya sambil mengobrol-ngobrol mengenai pelajaran dan lain sebagainya. Pak zeth melihat Rio begitu akrab dengan Ify. Padahal setau pak zeth, anaknya ini tidak pernah terlihat dekat dengan dengan anak-anak di sekolah ini kecuali Alvin. Apalagi sama perempuan. Sejak kapan Rio berteman dengan Ify? Jangan-jangan yang menyadarkan Rio juga Ify. Begitu banyak pertanyaan di benak pak zeth mengenai anaknya ini. Tapi ia juga sangat bahagia dengan kedekatan antara anaknya dan murid kebanggaannya ini. Pak zeth malah berharap Rio dan Ify mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman.

Bel tanda berakhirnya jam istirahat pun berbunyi. Rio, pak zeth, dan Ify telah menghabiskan makanannya. Saatnya mereka bertiga kembali ke alamnya masing-masing alias tempatnya masing-masing. Pak zeth kembali ke ruangannya, Rio ke kelasnya di XI Special B, dan Ify di kelas XI special A. Rio sendiri masih heran dengan papahnya. Sedekat itukah papahnya dengan Ify? Entahlah..tapi yang pasti Rio akan mencari tau secepatnya..ya secepatnya.



bersambung...

Senin, 10 Juni 2013

Because Of You #chapter 4

 Ini dia part 4nya, maaf lama maklum lagi ukk
langsung aja
1..

      2...

          3....

Happy reading.. :)

           Rio sedari tadi membolak-balikkan novel di tangannya. Ya saat ini Rio sedang ada di mall mangga dua tepatnya di toko buku gramedia. Sudah puluhan novel yg ia lihat. Tapi belum ada juga yg ia lirik. Kemudian pandangannya beralih pada sosok gadis yg sedang berdiri sambil membaca sebuah novel ditangannya. Sepertinya ia kenal. Rio tidak bisa melihatnya dengan jelas karena wajahnya tertutup rambutnya yg digerai panjang juga kaca mata yg bertengger di matanya. Perlahan Rio mendekatkan dirinya pada gadis itu. Ia membelalakkan matanya ketika mengetahui siapa gadis itu.
       
          "Ify!!" panggil Rio kepada gadis itu yg ternyata Ify.
          "eh Rio, ada di sini juga?" ucap Ify mengalihkan perhatiannya dari novel yg ia baca tadi. Rio menganggukkan kepalanya.
          "Lo mau beli novel juga?" tanya Rio.
          "engga, gue mau beli ini. Lo mau beli novel ya?" jawab Ify sambil menunjukkan buku di tangannya. Di halaman depannya tertulis 'practice in english'. Rio menganggukkan kepalanya.
          "gue kira lo mau beli novel, gue liat lo tadi baca novel" jawab Rio.
          "sebenernya pengen sih, tapi duit gue ga cukup kalo harus beli novel sama buku pelajaran. Mendingan gue beli buku pelajaran ya nggak? Kalo novel kan masih bisa baca di sini. He" ucap Ify memelankan suaranya pada kalimat terakhir. Takut orang-orang tau, kan malu nantinya. "terus lo mau beli novel apa?"
          "gue gatau. Masih bingung." jawab Rio sambil melihat-lihat novel.
          "emang lo suka novel jenis apa?"
          "petualangan. Lo?"
          "gue lebih suka yg romantic. Lebih dapet feelnya"
          "menurut gue novel yg romantic jalan ceritanya gitu-gitu aja. Gada yg menarik"
          "jangan salah. Novel romantic tuh enak lagi soalnya diambil dari cerita sehari-hari beda sama novel              petualangan yg notabene penuh imajinasi. Emang si seru tapi lebih seru yg bersifat nyata"
          "oyah?" tanya Rio menyelidik.
          "gue serius. Ya emang ga semuanya enak si. Tapi sini deh lo ikut gue" ucap Ify menarik tangan Rio menuju salah satu buk. Perasaan bahagia menyeruak di hati Rio ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Ify.
          "nih lo kudu baca ke-4 novel ini" ucap Ify sambil menunjukkan 4 novel karya Ilana Tan.
          "Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo..mm.. Spring In London" Ucap Rio membaca satu-satu judul buku yg ditunjuk Ify.
          "yapp gue yakin lo pasti suka" ucap Ify mantap.

          Rio mengerutkan keningnya, berpikir sejenak. Kemudian mengambil salah satu dari ke 4 novel itu. Autumn in Paris. Ia membaca sinopsisnya.
          "urutannya?" tanya Rio sambil membolak-balikkan novelnya.
          "hah?" jawab Ify tak mengerti.
          "mana dulu yg harus gue baca?" ucap Rio lagi.
          "yg pertama summer, terus autumn, terus winter, terakhir spring" jawab Ify senang karena merasa sudah berhasil membujuk Rio. Sedangkan Rio mengambil ke-4 novel itu.
          "lo mau beli semuanya?" tanya Ify kaget melihat Rio mengambil ke 4 novel yg ia tunjuk.
          "yaialah. Kenapa?" tanya Rio heran. Tadi nyuruh Rio baca novel-novel itu. Kenapa sekarang Ify malah kaget ngeliat dia ngambil semua novelnya.
          "gak dicicil satu-satu dulu gitu? Kan mahal" jawab Ify polos. Rionya ketawa mendengar jawaban Ify. Ifynya bengong liat Rio ketawa.
          "hahaha...tenang aja duit gue masih cukup" jawab Rio yg membuat Ify mengerutuki dirinya sendiri. "Rio tuh beda ama lo Fy, dia kan kaya, dodol banget sih lo" batin Ify.
          "yaudah gue mau bayar dulu" ucap Rio melangkahkan kakinya menuju kasir. Namun langkahnya dicegah Ify.
          "eh eh tunggu" ucap Ify menarik tangan Rio. Langkah Rio terhenti."kalo lo mau beli semuanya mending beli yg satu paket aja nih. Dapet bonus tempatnya, harganya juga lebih murah" lanjut Ify menyerahkan satu paket novel yg sudah terbungkus rapi oleh plastik.

          Rio meletakkan novel yg tadi di tangannya. Dan menerima satu paket novel pemberian Ify. Rio tersenyum sembari mengacak-acak rambut Ify. Kmudian berlalu pergi menuju kasir. Ify tersentak. Ga tau kenapa Ify jadi seneng banget. Ify merapikan rambutnya kembali kemudian ia mengikuti langkah Rio menuju kasir karna ia juga belum membayar bukunya.

         "abis ini lo mau kemana?" taya Rio setelah mereka membayar bukunya.
         "gue mau langsung pulang, gue ke sini cuma mau beli buku aja. Lo sendiri?" tanya Ify balik sembari memasukkan buku ke dalam tasnya yg tadi ia titipkan di tempat penitipan barang.
         "mau temenin gue jalan-jalan?" tanya Rio membuat Ify kaget lagi.
         "ke mana?"
         "ikut gue" Rio menarik tangan Ify meninggalkan toko gramedia. Langkah Rio terhenti diikuti oleh Ify.
        
         "bioskop?" tanya Ify heran karna Rio mengajaknya ke bioskop.
         "lo mau temenin gue nonton?" tanya Rio.
         "tapi duit gue ga cukup, udah buat beli buku tadi" ucap Ify pelan.
         "gue yg bayar" ucap Rio masih belum melepas tangan Ify.
         "hah? Jangan deh Yo"
         "gpp kan gue yg ngajak. Lo ga mau?" tanya Rio was-was khawatir Ify menolak ajakannya.
         "bukan gitu, tapi..." kata-kata Ify terpotong.
         "berarti lo mau" potong Rio. Ifynya pasrah. "lo mau nonton apa?" lanjut Rio lagi.
         "terserah lo aja, tapi..mm..Yo.." ucap Ify menunjuk tangannya yg masih digenggam erat oleh tangan Rio dengan matanya. Rio yg tersadar pun segera melepaskan pegangannya.
         "sorry" ucap Rio salting. "gue mau lo yg nentuin filmnya" lanjut Rio menutupi kesaltingannya.
         "emm gimana kalo nonton cinta brontosaurus aja? Pasti lucu. Gue penasaran pengen nonton" usul Ify.
         "oke, lo tunggu bentar. Gue beli tiketnya dulu" ucap Rio sambil melangkah menuju antrian tiket. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti dicegah Ify.
         "eh Yo.. biar gue aja yg beli tiketnya. Kan lo udah bayarin gue. Please!" mohon Ify. Rio nampak berfikir sejenak. Kemudian menganggukkan kepalanya dan menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada Ify. Kemudian Ify melangkah menuju antrian tiket.
         "cewe yg aneh" ucap Rio tersenyum. Ia membeli pop corn dan dua pepsi.

         Rio masih menunggu Ify di tempat tadi. Setelah beberapa menit, akhirnya Ify kembali dengan dua tiket di tangannya.
       
         "nih kembaliannya" ucap Ify menyerahkan beberapa lembar uang kembalian kepada Rio.
         "pegang lo dulu. Nih gue beliin lo minum. Pop cornnya barengan aja gpp kan?" ucap Rio menyerahkan pepsi yang ia beli tadi kepada Ify.
         "ya ampun Yo, lo ga usah repot-repot lagi. Gue jadi gak enak nih" jawab Ify sembari menerima pepsi yg diberikan Rio.
         "gapapa, nyantai aja kali. Yaudah yuk masuk!" kemudian Rio dan Ify masuk ke studio 1 dan mencari tempat duduk sesuai tiket.

         Film pun dimulai. Rio dan Ify sangat menikmati filmnya. Tak henti-hentinya mereka tertawa. Berkali-kali Rio melirik Ify. Ia tidak pernah merasakan sebahagia ini lagi seperti sebelum saat mamahnya meninggal. Hanya bersama gadis ini ia merasa nyaman dan bisa tertawa lepas. Rio benar-benar yakin bahwa ia sangat mengagumi sosok gadis di sampingnya ini. Kurang lebih sekitar dua jam film diputar. Kini Ify dan Rio sudah berada di luar.

        "tadi filmnya kocak banget. Sampe sakit perut gue" ucap Ify masih sedikit menahan tawanya.
        "iya, lo seneng?" tanya Rio membuat Ify menoleh ke arahnya. Ify mengangguk.
        "seneng banget. Makasih ya Yo. Kapan-kapan gue yg traktir deh" jawab Ify.
        "oke gue pegang janji lo" ucap Rio datar. "pulang yuk! Tapi muter-muter dulu gapapa?" lanjutnya.
        "boleh gapapa kok" jawab Ify kemudian. Kemudian mereka berjalan-jalan sejenak sebelum pulang.
        "lo pulang naik apa?" ucap Rio memecah keheningan.
        "naik motor" jawab Ify. "lo sendiri? Mobil atau motor?" tanyanya balik.
        "mobil" jawab Rio pendek.
        "oya waktu itu gue belum bilang makasi sama lo. Lo kan yg bayarin gue waktu makan di kantin beberapa hari yg lalu?"
        "oh itu, iya"
        "Rio, gue mau tanya. Kenapa si lo baik banget sama gue?" tanya Ify membuat Rio mengerutkan keningnya.
        "ga boleh?"
        "ya bukan gitu, aneh aja gitu.."
        "yaudah gue jahat aja sama lo supaya ga aneh"
        "eh eh jangan dong. Ah lo mah gitu aja dianggep serius. Gue kan cuma nanya" ucap Ify manyun.
        "ga gue becanda. Eh lo pake kaca mata? Biasanya engga." jawab plus tanya Rio.
        "kalo lagi belajar aja. Selain itu gue ga make" jawab Ify. Sedangkan Rio hanya meng'o'kan jawaban Ify.

        Tiba-tiba iPhone Rio bergetar. Dilihatnya layar iPhonenya. 'papah haling' calling. Rio menekan tombol warna merah. Kemudian menonaktifkan hpnya dan memasukkannya kembali ke sakunya.

        "kok ga di angkat?" tanya Ify yg tadi melihat Rio mematikan iPhonenya.
        "ga penting" jawabnya pendek. Ify cuma manggut-manggut. "lo suka sama guru siapa di sekolah?" lanjutnya.
        "mmm..Gue paling suka sama Pak Zeth. Dia guru favorit gue" jawab Ify membuat Rio kaget. "apa Ify gatau kalo gue itu anaknya?" pikir Rio.
        "pak zeth yg pemilik sekolah itu?" Ify menganggukkan kepalanya. "kenapa lo suka sama dia?" "pertama, pak zeth itu kalo ngajar enak, jelas, ga ngeboringin. Dia juga kalo ngajar selalu semangat. Selalu ngasih masukan-masukan yg bikin anak-anak semangat. Termasuk gue. Pak zeth yg bisa bikin gue demen banget lah sama bahasa inggris. Padahal awalnya nilai english gue selalu pas KKM. Selama ini yg bikin gue semangat buat terus belajar juga pak zeth. Tapi...gue ga nyangka.." kata-kata Ify menggantung.
        "ga nyangka apa?" tanya Rio penasaran plus tertarik karna pembicaraan ini sedang membahas ayahnya.
        "ini rahasia loh ya, don't tell to anyone! Janji" ucap Ify. Rio menganggukkan kepalanya.
        "gue gak nyangka dibalik keceriaan dan semangatnya pak zeth, ternyata dia rapuh banget" ucap Ify. Rio mengerutkan keningnya.
        "rapuh? Maksudnya?" potong Rio.
        "makanya lo diem dulu akh. Jadi waktu itu gue ga sengaja denger obrolannya pak zeth pas mau ngasiin berkas yg disuruh Pak Dave. Dia lagi ngobrol sama seseorang lewat hp. Gue liat dia nangis. Mukanya kusut banget. Dia nundukin kepalanya di meja. Terus gue masuk dan nyerahin berkasnya. Pas gue mau keluar pak zeth nyegah gue dan nyuruh gue duduk. Dia bilang mau curhat sama gue. Gue dengan senang hati denger curhatannya. Ternyata dia itu lagi ada konflik sama anaknya" Rio membelalakkan matanya. Ayahnya menangis karna dia.
        "pak zeth bilang anaknya udah benci banget sama dia dan nyangka pak zeth ga sayang lagi sama anaknya. Dia ngerasa bersalah banget sama anaknya karna sebagai orang tua tunggal dia ga becus ngurus anaknya. Cuma kerjaan mulu yg dipentingin, jadi kurang perhatian sama anaknya. Padahal pak zeth sayang banget sama anaknya. Gue pikir anaknya juga ga seharusnya nyalahin pak zeth. Dia juga harusnya ngertiin pak zeth, pak zeth ngelakuin itu semua buat kebahagiannya juga. Mana enak hidup susah. Iya ngga?" jelas Ify. Rio sedari tadi fokus dengan pikirannya. Dia jadi merasa bersalah udah ngomong kasar sama papahnya dan nyuekin papahnya selama beberapa hari ini.
        "woy, ko diem aja?" tanya Ify membuyarkan lamunan Rio.
        "eh iya, terus menurut lo anaknya harusnya gimana?"
        "ya gue pikir harusnya dia minta maaf lah sama pak zeth. Emang sih dia butuh perhatian, tapi dia juga harus ngertiin posisi ayahnya. Apa pernah dia mikir 'papah cape ga ya' atau 'papah udah makan belum ya'. Gue yakin engga. Dia juga ga boleh egois" Rio tersentak. Benar juga apa yg dibilang gadis ini. Selama ini dia ga pernah mikirin perasaan papahnya. Dia cuma mikirin perasaannya sendiri.
        "menurut lo masih bisa dimaafin?" tanya Rio lagi.
        "pasti lah. Gada orang tua yg ga maafin kesalahan anaknya. Seburuk apapun kesalahannya pasti dimaafin" jawab Ify mantap. Rio sedari tadi sudah ingin menangis, tapi ia tahan.
        "gue heran sama anaknya pak zeth, ko bisa dia nyia-nyiain seorang ayah yg hebat kaya pak zeth. gue aja mau banget jadi bagian hidup pak zeth lebih dari sekedar sebagai anak didiknya"
        "lo mau jadi istrinya?" tanya Rio polos, polos banget.
        "haha ya nggak lah. Ngaco banget lo Yo. Maksud gue lebih dari sekedar anak didiknya tuh kaya anak angkat gitu. Gue yakin bakalan seneng banget. Buat gue dia itu udah kaya almarhum bapak yg udah gada" ucap Ify lirih.

         Rio memandang gadis disampingnya ini. Rasanya ingin sekali memeluknya dan mengatakan "makasih lo udah nyadarin gue". Tapi niat itu tidak mungkin ia lakukan.

         Tak terasa ternyata mereka berdua telah sampai di tempat parkiran motor. Karna tempat parkir motor dan mobil berbeda jadi mereka harus berpisah.

        "gue duluan ya, makasi ya Rio buat semuanya. Gue seneng banget hari ini" ucap Ify sumringah.
        "sama-sama. Gue juga. Yaudah gue balik" jawab Rio melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil.
        "eh Rio!" Rio menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya. "lo harusnya lebih sering senyum. Lo lebih cakep kalo senyum" lanjut Ify membuat muka Rio memerah. Kemudian Ify berlalu pergi menuju motornya dan Rio menuju mobilnya.

         Mobil Rio melaju dengan kecepatan yg lebih cepat dari biasanya. Ia melirik jam tangannya. Pukul 19.15, berarti papahnya sudah pulang. Ia ingin segera sampai ke rumah dan meminta maaf kepada ayahnya. Gadis itu telah menyadarkan Rio. Rio mengutuk dirinya dalam hati, mengapa harus orang lain yg lebih mengerti papahnya ketimbang ia sendiri selaku anak kandungnya. Anak satu-satunya yg sangat disayangi papahnya. Rio merasa dirinya begitu bodoh. Hanya satu yg Rio harapkan saat ini, semoga masih ada maaf untuknya.


@Rumah Mario

         Rio akhirnya sampai di rumahnya setelah melewati kemacetan di Jakarta. Ia segera turun dari mobilnya dan menyuruh mang ujang memasukkan mobilnya ke bagasi. Ia berlari memasuki rumahnya dan mencari sosok papah tercintanya yg sudah beberapa hari ini ia rindukan.

        "eh mas Mario sudah datang. Mas Mario cari apa? Kok ngos-ngosan begitu?" tanya bi inah heran melihat Rio berlari sambil mencari sesuatu.
        "papah mana bi? Dia udah pulang kan?" tanya Rio balik.
        "oh sudah mas, tuan ada di belakang lagi ngasih makan kelinci" jawab bi inah.
        "yaudah makasih bi" ucap Rio berlalu pergi meninggalkan bi inah yg masih terlihat bingung.

        Rio berlari menuju halaman belakang rumahnya. Maklum, rumahnya kegedean jadi ke halaman belakang aja harus lari. Sesampainya di halaman belakang, ia menghentikan langkahnya.



to be continue..........