Rabu, 25 September 2013

Because Of You #chapter 7

"Acha jangan nangis lagi ya, lukanya nanti diobatin kok" ucap Rio menenangkan Acha yg masih menangis sambil mensejajarkan tinggi badannya dengan Acha. Tak beberapa lama, Ify keluar dari toko dengan membawa sebuah wadah yg berisi air bersih.
"nih Yo" ucap Ify seraya menyerahkan wadah tersebut kepada Rio.
"thanks Fy" gumam Rio menerima dan meletakkan wadah tersebut di lantai. Ify tersenyum mengangguk.
Rio mengeluarkan beberapa isi dari kotak yg ia keluarkan dari tasnya, seperti, kapas, kasa, betadine, plester dan gunting alumunium kecil. Kemudian mengambil kapas dan mencelupkannya ke air tadi, Rio memerasnya pelan.
"Acha tahan ya" ucap Rio lembut. Acha kini sudah tidak menangis seperti tadi tapi masih meringis kerakitan. Acha mengangguk.
Rio mulai membersihkan luka Acha dengan kapas basahnya.
"awww.. Aduuh perih" rengek Acha. Tangannya memegang erat lengan Rio untuk menahan rasa sakitnya.
"pegang tangan ka Rio buat nahan sakit. Tahan ya, nanti juga ga perih lagi" ucap Rio menenangkan Acha. Acha mengangguk dan Rio melanjutkan membersihkan luka Acha.
Ify yg tadinya ingin buka suara untuk menenangkan adiknya mengurungkan niatnya. Ia tersentak melihat Rio yg begitu perhatian kepada adiknya. Ify tersenyum. Entah kenapa hatinya merasa bahagia.
Rio mengobati luka Acha dengan sangat telaten. Terakhir, menutup lukanya dengan kasa yg sudah diberi betadine dan plester.
"nah, selesai" ucap Rio setelah menutup luka Acha.
"masih perih?" tanya Ify. Acha menggeleng pelan.
"tapi masih nyeri kakinya" jawab Acha dengan nada memelas.
"ga papa nanti juga sembuh kok" ucap Rio tersenyum. Kemudian membereskan peralatan yg dipakai tadi dan memasukkannya ke dalam tas. Acha dan Ify speechless.
"jadi kaka kak Rio ya?" tanya Acha kepada cowo manis dihadapannya ini.
"oh iya, kakak lupa. Acha kenalin ini kak Rio temen sekolah kakak. Nah Rio kenalin ini Acha ade gue" ucap Ify untuk ketiga kalinya memperkenalkan Rio kepada orang-orang terdekatnya.
"aku Acha" ucap Acha mengulurkan tangannya.
"Mario. Panggil aja kak Rio" jawab Rio tersenyum membalas uluran tangan Acha. 

"kak Ify, Acha mau es krim. Tadi kan es krim Acha tumpah" rengek Acha menggoyang-goyangkan tangan Ify.

"iya tapi nanti ya Acha" jawab Ify.

"Acha maunya sekarang" rengek Acha lagi semakin keras. Rio yg melihatnya jadi tidak tega.

"ayo beli yuk sama kak Rio, kakak yg bayarin" ajak Rio bangkit dari duduknya.

"kak Rio serius?" ucap Acha kaget. Rio mengangguk pasti.

"eh jangan Yo, ya udah yuk beli sama kak Ify aja" 

"gapapa biar gue yg bayar. Sebagai ucapan terima kasih gue lo udah ngajakin gue ke toko lo"

"eh tapi.."

"yuk Cha, kamu beli esnya dimana? Potong Rio tak mempedulikan Ify.

"di taman depan kak"

"yaudah, kamu bisa jalan?" Acha menggeleng.

"nyeri kak" jawab Acha. Tanpa menunggu lama Rio mengangkat tubuh mungil Acha dalam dekapannya. 

"kaka gendong kamu" Acha mengangguk senang. Ify sendiri masih diam mematung. Ia syok.

"mau sampe kapan lo diem di sini?" ucap Rio menyadarkan Ify.

"eh iya. Yaudah yuk!"jawab Ify menyamakan langkahnya dengan Rio. Kemudian mereka bertiga melangkah menuju taman.

"nah itu penjual es krimnya kak" ucap Acha sambil menunjuk penjual es krim yg ada di dekat arena bermain anak.
"oh iya, yuk Fy" ucap Rio yg tanpa sadar menarik tangan Ify seraya berjalan menuju penjual es krim.

"eh." ucap Ify kaget saat tangannya ditarik oleh Rio. Tapi dia hanya bisa pasrah dan berjalan mengikuti Rio.

-sesampainya di tempat penjual es krim-

"nah Acha mau yg mana?" tanya Rio sambil memilih-milih es krim.

"yg itu kak" jawab Acha sambil menunjuk es krim walls double dutch. Ify yg melihatnya melotot.

"ya ampun Acha..jangan yg itu. Yg kecilan aja ya" ucap Ify sambil mengambil salah satu es krim wadahan yg berukuran kecil. Acha menggeleng.

"Acha maunya yg itu kak Ify" rengek Acha manja dengan nada memelas.

"udah ga papa Fy, kan gue yg bayar" ucap Rio mengambil es krim tersebut dan memberikannya pada Acha. Dengan senang hati Acha menerimanya.

"makasih kak Rioo" ucap Acha.

"iya tapi..."

"udah, lo mau yg mana?" sela Rio memotong ucapan Ify.
"hah? Eh engga deh gue ga beli. Lo aja" jawab Ify tersenyum. Rio tidak menjawab lagi. kemudian mengambil dua cornetto dan memberikan satu kepada Ify.
"nih ambil" ucap Rio kepada Ify seraya mengulurkan es krimnya kepada Ify. Ify hanya menatapnya bingung. "ayo ambil" lanjut Rio.
"eh..i..iya. Makasi Yo" jawab Ify sedikit gugup. Eh kok bisa gugup sih.
Kemudian Rio mengeluarkan dompetnya dan membayar es krim yg ia beli untuk Acha, Ify, dan dirinya. Tak lupa meminta sendok es krim kepada abang penjual es krim untuk es krimnya Acha. Kemudian mereka mencari tempat duduk untuk menghabiskan es krim masing-masing.
"Yo, duduk di sana aja yuk" ucap Ify sambil menunjuk salah satu kursi yg ada di taman.
"yuk" jawab Rio. Kemudian mereka melangkahkan kaki menuju kursi tersebut. Setelah sampai, mereka duduk di kursi itu dan melahap es krimnya.
"kak, aku mau duduk di sana ya?" ucap Acha kepada Ify sambil menunjuk satu bangku yg ada di dekat kolam.
"loh, kaki kamu kan masih sakit. Duduk di sini aja ya?" jawab Ify.
"kaki Acha udah gak sakit ko. Acha bisa jalan sendiri. Acha mau makan es krim sambil liat ikan. Ya ya ya?" pinta Acha dengan wajah memelas. Ify melirik Rio dengan maksud meminta saran dan dijawab anggukan oleh Rio.
"yaudah, tapi Acha hati-hati ya" ucap Ify halus seraya tersenyum.
"oke kak. Dah kak Ify, dah kak Rio" ucap Acha girang sambil melambaikan tangannya. kemudian melangkah menuju tempat tujuannya. Kini hanya ada keheningan diantara Rio dan Ify.
"emm.. Yo, makasih ya lo udah ngobatin ade gue juga es krimnya" ucap Ify sedikit gugup.
"hmmmm...slurrrppp.. Sama-sama" jawab Rio sembari menyesap es krimnya. Ify hanya bisa tertawa ngakak.
"hahahaha..." tawa Ify meledak melihat ekspresi orang di sampingnya itu saat menyesap es krimnya. 'childish' itulah yg saat ini ada di pikiran Ify. Yg diketawain menatap Ify dan mengerutkan dahinya, heran.
"Kenapa lo ketawa?" tanya Rio datar dengan tampang polosnya. Ify menghentikan tawanya.
"ehmm..ehmm.. Ekspresi lo lucu" jawab Ify masih menahan tawanya.
"gue emang lucu kali" ucap Rio narsis tapi tetap datar.
"yeee elo malah narsis" balas Ify memukul pelan pundak Rio dengan tangan kirinya. Rio sendiri heran, sejak kapan dia narsis begini. Waduuuuh gaswat ini.
"hehe... Eh gue mau tanya"
"tanya apa?" tanya Ify balik sembari menyesap es krimnya.
"nama toko roti lo 'RiFy's Bread'. Gue boleh tau apa artinya?" tanya Rio (lagi) membuat Ify kembali menatap Rio.
"oh itu, rify itu singkatan dari nama ade gue acha lengkapnya Raissa dan ify. Tadinya mau RaFy, tapi aga gimana gitu, trus dipikir-pikir lagi lebih kerenan RiFy jadi yaudah deh" jelas Ify, Rio hanya manggut-manggut. Tatapannya datar lurus ke depan. "eh es krim lo meleleh" lanjut Ify melihat es krim milik Rio sudah lumer ditangannya.
"eh waduh kok lumer gini sih" ucap Rio menyadari tangannya penuh dengan lelehan es krim.
"Dari tadi tuh es krim lo anggurin mulu sih. Haha..bentar deh gue punya tissue" ucap Ify melahap habis sisa es krimnya, kemudian mengambil tissue di saku seragamnya. "nih" lanjut Ify menyerahkan beberapa lembar tissuenya pada Rio.
"lo pegang bentar tissuenya, gue abisin dulu es krim gue" ucap Rio datar sambil melahap es krimnya menggunakan tangan kiri.
"sini deh tangan lo, gue bantu bersiin. kelamaan kalo nungguin lo ngabisin esnya" ucap Ify menarik tangan kanan Rio dan membersihkannya menggunakan tissuenya.
"Eh" Rio yg kaget hanya diam memperhatikan Ify yg sedang membersihkan tangannya. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Tak hanya Rio, Ify pun merasakan badannya seperti tersengat listrik berkekuatan 10.000 volt saat tangannya menyentuh tangan Rio. Jantungnya memompa sangat cepat. Terlebih saat ini, melalui sudut matanya, Ify tahu kalo Rio sedang memperhatikannya.
"duuuh ko jadi gini sih" rutuk Ify dalam hati. "Yo, lo jangan ngeliatin gue kaya gitu dong, takut gue" ucap Ify gugup sambil melepaskan tangan Rio yg sudah tidak berlumuran lelehan es krim lagi. Rio yg ketahuan sedang memperhatikan Ify segera memalingkan wajahnya.
"siapa juga yg ngeliatin lo. Ge-eR" jawab Rio datar melanjutkan melahap habis sisa es krimnya. Ify mengerucutkan bibirnya.
"jelek lo kaya gitu" lanjut Rio sedikit tertawa melihat ekspresi wajah Ify. Ify hanya mendengus kesal. Apa-apaan, tadi buat Ify GR sekarang malah ngatain Ify jelek. 'cowo aneh' batin Ify.
"kak Ify, pulang yuk. Acha capek nih ngantuk" Acha tiba-tiba datang dengan mulut belepotan es krim yg tadi ia makan juga dengan raut wajah Acha yg sudah terlihat lelah.
"ya ampun Acha, muka kamu ancur banget beneran. Sini kaka bersiin dulu baru kita pulang" ucap Ify mengambil tissuenya lagi dan membersihkan mulut Acha. Rio hanya tersenyum melihat kakak-beradik ini. Rasanya benar-benar menenangkan.
Setelah itu, mereka bertiga kembali ke toko roti untuk membersihkan tangan Rio dan mulut Acha yg lengket karena es krim tadi. Kemudian pulang ke rumah Ify untuk mengantarkan Acha pulang.
"gue ikut ya?" pinta Rio kepada Ify. Ify mengerutkan keningnya. "gue pengen tau rumah lo" lanjut Rio datar seolah membaca pikiran Ify.
"why not? up to you deh. Tapi lo jangan kaget kalo ngeliat rumah gue. Rumah gue kecil ga kaya istana hehe.." jawab Ify nyengir.
"gue kira kenapa. Biasa aja kali" ucap Rio sedikit kesal dengan Ify yg secara tidak langsung menyangkanya orang kaya yg mementingkan status sosial seperti kebanyakan temannya di sekolah. Padahal itu salah besar.
"yaudah yuk, Acha udah ngantuk berat nih" Ify berjalan keluar toko dengan meng-emban Acha.
"jalan kaki?" tanya Rio membuat langkah Ify terhenti.

"rumah gue deket ko. Lo liat ada belokan di ujung sana? Nah belok kiri terus rumah ke 3. Itu rumah gue. Jalan kaki juga ga akan cape. Lagian kalo naik sepeda mana bisa. Lo tau sendiri kan sepeda gue ga ada boncengannya" jelas Ify cukup panjang lebar. Rio mengedikkan bahunya. Kemudian mengambil Acha yg sudah terlelap dari -embanan Ify dan merengkuhnya dalam gendongan Rio.

"biar gue yg bawa Acha" ucap Rio datar tanpa ekspresi. Ify cuma melongo. Rio kini melangkah lebih dulu di depan Ify.

"lo ngapain diem di situ?" tanya Rio seperti biasa dengan nada datarnya. Ify yg tadinya bengong terhenyak dari bengongannya.

"eh iya, tungguin gue" jawab Ify sedikit berlari untuk menyamakan langkah Rio.

Mereka berjalan dalam keheningan. Tidak ada yg memulai percakapan. Ify sedari tadi terus mencoba menenangkan dadanya yg sedari tadi berdegup cepat. Ify sendiri tidak tahu kenapa bisa begitu. Sesekali pikirannya beralih kepada sosok tinggi di sampingnya. Rio. Berkali-kali ia memperhatikan pemuda itu dalam-dalam. Dalam benaknya, Rio itu cowo yg susah ditebak. Kadang sikapnya cuek, dingin, kadang ramah, malah sangat lembut. Kadang juga perhatian, tapi kadang juga acuh. Sering bikin kesal, dan menunjukkan hal-hal yg membuat Ify terbengong-bengong. Tapi dua hal yg Ify tangkap dari Rio. Dia sangat baik dan enak diajak ngobrol.

"udah puas ngeliatin gue?" tanya Rio tiba-tiba mengagetkan Ify.

"ha? Eh siapa juga yg ngeliatin. PD banget sih" jawab Ify menutup kesaltingannya.

"mukanya merah tuh" goda Rio menambah kesaltingan Ify. Dalam hati Ify merutuki dirinya dan Rio. Dirinya yg bodoh bisa-bisanya memperhatikan Rio sampai ketahuan basah oleh Rionya sendiri. Dan Rio yg sukses menggodanya hingga terlihat memalukan dihadapan Rio.

"Rio apaan sih. Berhenti ngeledekin gue deh" ucap Ify kesal sambil memukul pelan lengan Rio. Rio hanya terkekeh pelan. 

"jadi ini rumah lo?" tanya Rio setelah mereka sampai di depan rumah Ify.
"yapp, yuk masuk" jawab Ify membuka pintu rumahnya mempersilahkan Rio masuk. Rio mengangguk, melepaskan sepatunya menggunakan kakinya karena ia menggunakan sepatu yg bagian belakangnya pendek, sehingga dengan menggunakan kaki saja dapat dibuka, lalu mengikuti Ify masuk dalam rumahnya.
"tidurin di sini aja yo Achanya" tunjuk Ify di sebuah spring bed kecil di depan tv. Rio menuruti Ify menidurkan Acha di tempat yg Ify tunjuk. "lo tunggu bentar, gue ke belakang dulu" Lanjut Ify setelah melepas sepatunya. Kemudian melangkah menuju dapur.
Rio memandang sekeliling rumah Ify. Menurut Rio, rumah Ify begitu rapi dan...menenangkan. Walaupun tidak begitu besar. Halamannya yg cukup luas dan banyak tanaman di sekitarnya menambah kecantikan rumah ini. Pandangan Rio terhenti di sebuah ruangan yg pintunya tidak tertutup. Ada sebuah piano di sana.
"nih minum dulu" ucap Ify menyodorkan segelas minuman sirup jeruk pada Rio sehinga membuyarkan pandangan Rio.
"eh, oh iya thanks" jawab Rio menerima gelas berisi sirup rasa jeruk tersebut, meminumnya sedikit dan melangkahkan kakinya menuju ruangan yg terdapat piano tadi. Ify mengerutkan keningnya dan mengikuti langkah Rio. "lo suka main piano?" tanya Rio kemudian sambil mengelus pelan piano berwarna putih tersebut. Ify menangguk cepat.
"gue sangat suka main piano. Apalagi kalo gue lagi inget bapak" Ify menghentikan ucapannya. Duduk di kursi yg ada di depan piano. "piano ini satu-satunya harta peninggalan bapak yg paling berharga buat gue" Ify melanjutkan kata-katanya sambil menekan tuts tuts piano sehingga menimbulkan dentingan-dentingan halus dari piano tersebut.
"mainin satu lagu buat gue" ucap Rio membuat Ify menatapnya.
"huh?"
"tunjukin ke gue kalo lo bisa main piano"
"lo ga percaya gue bisa main piano?"
"gue cuma mau bukti" pancing Rio berharap Ify menuruti kata-katanya.

 
"oke, lo mau lagu apa?" ucap Ify menyetujui permintaan Rio membuat Rio bernafas lega.

"terserah lo" jawabnya singkat.

"okay, pay attention please! It's show time" ucap Ify memejamkan matanya, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sambil membuka matanya perlahan.

Kemudian jari-jarinya mulai menekan tuts tuts piano, mengumandangkan nada-nada dari sebuah lagu. Beberapa detik kemudian, Ify mengeluarakan suaranya. Mulai menyanyikan sebuah lagu dari nada-nada yg dihasilkan melalui jari-jari yg menekan tuts tuts piano.

Kau satu terkasih
Ku lihat di sinar matamu
Tersimpan kekayaan batinmu

Rio terhenyak mendengar suara Ify. Menurutnya, suara Ify sangat bagus.

Di dalam senyummu
Ku dengar bahasa kalbu
Mengalun bening menggetarkan
Kini dirimu yg selalu
Bertahta di benakku
Dan aku kan mengiringi
Bersama..di setiap langkahmu

Rio semakin terkesima melihat Ify memainkan piano dan menyanyikan lagunya dengan sangat dalam. Gelas di tangannya hampir saja terjatuh. Rio meletakkan gelasnya di meja yg ada di belakangnya. Dan kembali memperhatikan Ify.

Percayalah hanya diriku paling mengerti
Kegelisahan jiwamu kasih
Dan arti kata kecewamu
Kasih yakinlah..hanya aku yg paling memahami
Besar arti kejujuran diri
Indah sanubarimu kasih
Percayalah...
(Bahasa Kalbu)

Tanpa sadar di sudut mata Rio mengeluarkan setitik air mata. Senyumnya pun mengembang. Ify mengakhiri permainannya dengan seulas senyum di bibirnya.

Prok..prok..prok..prok..

Terdengar tepukan tangan dari Rio. Ify menoleh ke arah Rio.

"oke gue akuin lo jago main piano" ucap Rio tetap cuek tak lupa mencantumkan senyum tulus manisnya di akhir ucapannya.

"ya..ya..ehm..makasih" respon Ify salting.

"eh udah sore, gue pulang ya" ucap Rio setelah melirik jam tangannya.

"yaudah ayo bareng aja gue juga mau ngambil sepeda di toko"

"loh Acha ditinggal sendirian?"

"gapapa kok, Acha udah biasa sendirian di rumah. Kalo dia mau ke toko, dia bisa ke toko sendiri" jelas Ify, Rio mengangguk kemudian segera melangkahkan kaki.

Setelah memakai spatunya, Rio dan Ify berjalan menuju toko Ify.

"apa lagu tadi buat seseorang?" tanya Rio datar tanpa menatap Ify. Ify menoleh dan mengerutkan alisnya.

"maksudnya?" ucap Ify balik bertanya.

"lagu yg lo nyanyiin tadi. Apa buat seseorang?" kini Rio mengalihkan pandangannya pada Ify. Ify mengangguk.

"ya. Buat seseorang yg sangat spesial dan berarti dalam hidup gue" jawab Ify pandangannya menerawang lurus ke depan. Membuat Rio sulit bernafas. Dadanya mendadak sangat sesak.

"buat... Pacar lo?" tanya Rio dengan nada sedikit bergetar. Ada perasaan was was dalam hatinya. 'Oh God bagaimana ini?'

"pacar?" Ify menggeleng mantap. "gue ga punya pacar. Lagu itu adalah lagu favorit gue sama bapak.Lagu itu adalah lagu pop pertama yg bapak ajarin ke gue waktu main piano. Lagu itu selalu gue nyanyiin kalo gue lagi inget bapak. Itu lagu spesial buat bapak" jelas Ify dengan wajah sayu membuat Rio bernafas lega. Walaupun begitu, Rio jadi tak enak hati pada Ify.

"sorry udah ngebuat lo inget sama bokap lo. Gue gak bermaksud..."

"yee gapapa kali Yo. Lo kan cuman tanya" potong Ify sebelum Rio menyelesaikan kata-katanya. Rio mengedikkan bahunya.

"gue kira lagu itu buat pacar lo"

"haha ya nggak lah pacar dari hongkong? Siapa coba yg mau pacaran sama gue?"

"gue mau kok" batin Rio. "loh emang kenapa?"

"pertama, gue ga secantik Mariana Renata, ke dua, gue bukan keturunan bangsawan, gue cuma seorang gadis biasa anak pemilik toko roti. Kenapa? Lo mau daftar?"

"mungkin" jawab Rio singkat. Ify terkekeh pelan.

"haha ga akan gue terima" ucap Ify membuat Rio melotot. 'waduh celaka dua belas ini' pikir Rio.

"kenapa?" tanya Rio sedatar mungkin.

"lo gak mirip sama Logan Lerman, kriteria cowo gue, Haha" Rio melengos. Ia tadi sudah H2C.

"ngakunya gadis biasa. Tapi kriteria cowonya setinggi langit" ucap Rio dengan nada meledek campur kesal. Ify hanya tertawa ngakak.






Eitttttssssssssss.....
di stop dulu ya kawan,, see you in the next part :))
 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar