"Acha
jangan nangis lagi ya, lukanya nanti diobatin kok" ucap Rio menenangkan
Acha yg masih menangis sambil mensejajarkan tinggi badannya dengan Acha. Tak
beberapa lama, Ify keluar dari toko dengan membawa sebuah wadah yg berisi air
bersih.
"nih
Yo" ucap Ify seraya menyerahkan wadah tersebut kepada Rio.
"thanks
Fy" gumam Rio menerima dan meletakkan wadah tersebut di lantai. Ify
tersenyum mengangguk.
Rio
mengeluarkan beberapa isi dari kotak yg ia keluarkan dari tasnya, seperti,
kapas, kasa, betadine, plester dan gunting alumunium kecil. Kemudian mengambil
kapas dan mencelupkannya ke air tadi, Rio memerasnya pelan.
"Acha
tahan ya" ucap Rio lembut. Acha kini sudah tidak menangis seperti tadi
tapi masih meringis kerakitan. Acha mengangguk.
Rio mulai
membersihkan luka Acha dengan kapas basahnya.
"awww.. Aduuh perih" rengek Acha. Tangannya memegang erat lengan Rio untuk menahan rasa sakitnya.
"awww.. Aduuh perih" rengek Acha. Tangannya memegang erat lengan Rio untuk menahan rasa sakitnya.
"pegang
tangan ka Rio buat nahan sakit. Tahan ya, nanti juga ga perih lagi" ucap
Rio menenangkan Acha. Acha mengangguk dan Rio melanjutkan membersihkan luka
Acha.
Ify yg
tadinya ingin buka suara untuk menenangkan adiknya mengurungkan niatnya. Ia
tersentak melihat Rio yg begitu perhatian kepada adiknya. Ify tersenyum. Entah kenapa
hatinya merasa bahagia.
Rio
mengobati luka Acha dengan sangat telaten. Terakhir, menutup lukanya dengan
kasa yg sudah diberi betadine dan plester.
"nah,
selesai" ucap Rio setelah menutup luka Acha.
"masih
perih?" tanya Ify. Acha menggeleng pelan.
"tapi
masih nyeri kakinya" jawab Acha dengan nada memelas.
"ga
papa nanti juga sembuh kok" ucap Rio tersenyum. Kemudian membereskan
peralatan yg dipakai tadi dan memasukkannya ke dalam tas. Acha dan Ify
speechless.
"jadi
kaka kak Rio ya?" tanya Acha kepada cowo manis dihadapannya ini.
"oh
iya, kakak lupa. Acha kenalin ini kak Rio temen sekolah kakak. Nah Rio kenalin
ini Acha ade gue" ucap Ify untuk ketiga kalinya memperkenalkan Rio kepada
orang-orang terdekatnya.
"aku
Acha" ucap Acha mengulurkan tangannya.
"Mario.
Panggil aja kak Rio" jawab Rio tersenyum membalas uluran tangan Acha.
"kak Ify,
Acha mau es krim. Tadi kan es krim Acha tumpah" rengek Acha menggoyang-goyangkan
tangan Ify.
"iya tapi
nanti ya Acha" jawab Ify.
"Acha
maunya sekarang" rengek Acha lagi semakin keras. Rio yg melihatnya jadi
tidak tega.
"ayo beli
yuk sama kak Rio, kakak yg bayarin" ajak Rio bangkit dari duduknya.
"kak Rio
serius?" ucap Acha kaget. Rio mengangguk pasti.
"eh
jangan Yo, ya udah yuk beli sama kak Ify aja"
"gapapa
biar gue yg bayar. Sebagai ucapan terima kasih gue lo udah ngajakin gue ke toko
lo"
"eh
tapi.."
"yuk Cha,
kamu beli esnya dimana? Potong Rio tak mempedulikan Ify.
"di taman
depan kak"
"yaudah,
kamu bisa jalan?" Acha menggeleng.
"nyeri
kak" jawab Acha. Tanpa menunggu lama Rio mengangkat tubuh mungil Acha
dalam dekapannya.
"kaka
gendong kamu" Acha mengangguk senang. Ify sendiri masih diam mematung. Ia
syok.
"mau
sampe kapan lo diem di sini?" ucap Rio menyadarkan Ify.
"eh iya.
Yaudah yuk!"jawab Ify menyamakan langkahnya dengan Rio. Kemudian mereka bertiga
melangkah menuju taman.
"nah itu
penjual es krimnya kak" ucap Acha sambil menunjuk penjual es krim yg ada
di dekat arena bermain anak.
"oh iya,
yuk Fy" ucap Rio yg tanpa sadar menarik tangan Ify seraya berjalan menuju
penjual es krim.
"eh."
ucap Ify kaget saat tangannya ditarik oleh Rio. Tapi dia hanya bisa pasrah dan
berjalan mengikuti Rio.
-sesampainya di tempat penjual es
krim-
"nah Acha
mau yg mana?" tanya Rio sambil memilih-milih es krim.
"yg itu
kak" jawab Acha sambil menunjuk es krim walls double dutch. Ify yg
melihatnya melotot.
"ya ampun
Acha..jangan yg itu. Yg kecilan aja ya" ucap Ify sambil mengambil salah
satu es krim wadahan yg berukuran kecil. Acha menggeleng.
"Acha
maunya yg itu kak Ify" rengek Acha manja dengan nada memelas.
"udah ga
papa Fy, kan gue yg bayar" ucap Rio mengambil es krim tersebut dan
memberikannya pada Acha. Dengan senang hati Acha menerimanya.
"makasih
kak Rioo" ucap Acha.
"iya
tapi..."
"udah, lo
mau yg mana?" sela Rio memotong ucapan Ify.
"hah? Eh
engga deh gue ga beli. Lo aja" jawab Ify tersenyum. Rio tidak menjawab
lagi. kemudian mengambil dua cornetto dan memberikan satu kepada Ify.
"nih
ambil" ucap Rio kepada Ify seraya mengulurkan es krimnya kepada Ify. Ify
hanya menatapnya bingung. "ayo ambil" lanjut Rio.
"eh..i..iya.
Makasi Yo" jawab Ify sedikit gugup. Eh kok bisa gugup sih.
Kemudian Rio
mengeluarkan dompetnya dan membayar es krim yg ia beli untuk Acha, Ify, dan
dirinya. Tak lupa meminta sendok es krim kepada abang penjual es krim untuk es
krimnya Acha. Kemudian mereka mencari tempat duduk untuk menghabiskan es krim
masing-masing.
"Yo,
duduk di sana aja yuk" ucap Ify sambil menunjuk salah satu kursi yg ada di
taman.
"yuk"
jawab Rio. Kemudian mereka melangkahkan kaki menuju kursi tersebut. Setelah
sampai, mereka duduk di kursi itu dan melahap es krimnya.
"kak, aku
mau duduk di sana ya?" ucap Acha kepada Ify sambil menunjuk satu bangku yg
ada di dekat kolam.
"loh,
kaki kamu kan masih sakit. Duduk di sini aja ya?" jawab Ify.
"kaki
Acha udah gak sakit ko. Acha bisa jalan sendiri. Acha mau makan es krim sambil
liat ikan. Ya ya ya?" pinta Acha dengan wajah memelas. Ify melirik Rio
dengan maksud meminta saran dan dijawab anggukan oleh Rio.
"yaudah,
tapi Acha hati-hati ya" ucap Ify halus seraya tersenyum.
"oke kak.
Dah kak Ify, dah kak Rio" ucap Acha girang sambil melambaikan tangannya.
kemudian melangkah menuju tempat tujuannya. Kini hanya ada keheningan diantara
Rio dan Ify.
"emm..
Yo, makasih ya lo udah ngobatin ade gue juga es krimnya" ucap Ify sedikit
gugup.
"hmmmm...slurrrppp..
Sama-sama" jawab Rio sembari menyesap es krimnya. Ify hanya bisa tertawa
ngakak.
"hahahaha..."
tawa Ify meledak melihat ekspresi orang di sampingnya itu saat menyesap es
krimnya. 'childish' itulah yg saat ini ada di pikiran Ify. Yg diketawain
menatap Ify dan mengerutkan dahinya, heran.
"Kenapa
lo ketawa?" tanya Rio datar dengan tampang polosnya. Ify menghentikan
tawanya.
"ehmm..ehmm..
Ekspresi lo lucu" jawab Ify masih menahan tawanya.
"gue
emang lucu kali" ucap Rio narsis tapi tetap datar.
"yeee
elo malah narsis" balas Ify memukul pelan pundak Rio dengan tangan
kirinya. Rio sendiri heran, sejak kapan dia narsis begini. Waduuuuh gaswat ini.
"hehe...
Eh gue mau tanya"
"tanya
apa?" tanya Ify balik sembari menyesap es krimnya.
"nama
toko roti lo 'RiFy's Bread'. Gue boleh tau apa artinya?" tanya Rio (lagi)
membuat Ify kembali menatap Rio.
"oh
itu, rify itu singkatan dari nama ade gue acha lengkapnya Raissa dan ify.
Tadinya mau RaFy, tapi aga gimana gitu, trus dipikir-pikir lagi lebih kerenan
RiFy jadi yaudah deh" jelas Ify, Rio hanya manggut-manggut. Tatapannya
datar lurus ke depan. "eh es krim lo meleleh" lanjut Ify melihat es
krim milik Rio sudah lumer ditangannya.
"eh
waduh kok lumer gini sih" ucap Rio menyadari tangannya penuh dengan
lelehan es krim.
"Dari
tadi tuh es krim lo anggurin mulu sih. Haha..bentar deh gue punya tissue"
ucap Ify melahap habis sisa es krimnya, kemudian mengambil tissue di saku
seragamnya. "nih" lanjut Ify menyerahkan beberapa lembar tissuenya
pada Rio.
"lo
pegang bentar tissuenya, gue abisin dulu es krim gue" ucap Rio datar
sambil melahap es krimnya menggunakan tangan kiri.
"sini
deh tangan lo, gue bantu bersiin. kelamaan kalo nungguin lo ngabisin
esnya" ucap Ify menarik tangan kanan Rio dan membersihkannya menggunakan
tissuenya.
"Eh"
Rio yg kaget hanya diam memperhatikan Ify yg sedang membersihkan tangannya.
Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Tak hanya Rio, Ify pun merasakan badannya
seperti tersengat listrik berkekuatan 10.000 volt saat tangannya menyentuh
tangan Rio. Jantungnya memompa sangat cepat. Terlebih saat ini, melalui sudut
matanya, Ify tahu kalo Rio sedang memperhatikannya.
"duuuh ko
jadi gini sih" rutuk Ify dalam hati. "Yo, lo jangan ngeliatin gue
kaya gitu dong, takut gue" ucap Ify gugup sambil melepaskan tangan Rio yg
sudah tidak berlumuran lelehan es krim lagi. Rio yg ketahuan sedang
memperhatikan Ify segera memalingkan wajahnya.
"siapa
juga yg ngeliatin lo. Ge-eR" jawab Rio datar melanjutkan melahap habis
sisa es krimnya. Ify mengerucutkan bibirnya.
"jelek lo
kaya gitu" lanjut Rio sedikit tertawa melihat ekspresi wajah Ify. Ify
hanya mendengus kesal. Apa-apaan, tadi buat Ify GR sekarang malah ngatain Ify
jelek. 'cowo aneh' batin Ify.
"kak Ify,
pulang yuk. Acha capek nih ngantuk" Acha tiba-tiba datang dengan mulut
belepotan es krim yg tadi ia makan juga dengan raut wajah Acha yg sudah
terlihat lelah.
"ya ampun
Acha, muka kamu ancur banget beneran. Sini kaka bersiin dulu baru kita
pulang" ucap Ify mengambil tissuenya lagi dan membersihkan mulut Acha. Rio
hanya tersenyum melihat kakak-beradik ini. Rasanya benar-benar menenangkan.
Setelah itu,
mereka bertiga kembali ke toko roti untuk membersihkan tangan Rio dan mulut
Acha yg lengket karena es krim tadi. Kemudian pulang ke rumah Ify untuk
mengantarkan Acha pulang.
"gue ikut
ya?" pinta Rio kepada Ify. Ify mengerutkan keningnya. "gue pengen tau
rumah lo" lanjut Rio datar seolah membaca pikiran Ify.
"why not?
up to you deh. Tapi lo jangan kaget kalo ngeliat rumah gue. Rumah gue kecil ga
kaya istana hehe.." jawab Ify nyengir.
"gue kira
kenapa. Biasa aja kali" ucap Rio sedikit kesal dengan Ify yg secara tidak
langsung menyangkanya orang kaya yg mementingkan status sosial seperti
kebanyakan temannya di sekolah. Padahal itu salah besar.
"yaudah
yuk, Acha udah ngantuk berat nih" Ify berjalan keluar toko dengan
meng-emban Acha.
"jalan
kaki?" tanya Rio membuat langkah Ify terhenti.
"rumah gue deket ko. Lo liat ada belokan di ujung
sana? Nah belok kiri terus rumah ke 3. Itu rumah gue. Jalan kaki juga ga akan
cape. Lagian kalo naik sepeda mana bisa. Lo tau sendiri kan sepeda gue ga ada
boncengannya" jelas Ify cukup panjang lebar. Rio mengedikkan bahunya.
Kemudian mengambil Acha yg sudah terlelap dari -embanan Ify dan merengkuhnya dalam
gendongan Rio.
"biar gue yg bawa Acha" ucap Rio datar tanpa
ekspresi. Ify cuma melongo. Rio kini melangkah lebih dulu di depan Ify.
"lo ngapain diem di situ?" tanya Rio seperti
biasa dengan nada datarnya. Ify yg tadinya bengong terhenyak dari bengongannya.
"eh iya, tungguin gue" jawab Ify sedikit
berlari untuk menyamakan langkah Rio.
Mereka berjalan dalam keheningan. Tidak ada yg memulai
percakapan. Ify sedari tadi terus mencoba menenangkan dadanya yg sedari tadi
berdegup cepat. Ify sendiri tidak tahu kenapa bisa begitu. Sesekali pikirannya
beralih kepada sosok tinggi di sampingnya. Rio. Berkali-kali ia memperhatikan
pemuda itu dalam-dalam. Dalam benaknya, Rio itu cowo yg susah ditebak. Kadang
sikapnya cuek, dingin, kadang ramah, malah sangat lembut. Kadang juga
perhatian, tapi kadang juga acuh. Sering bikin kesal, dan menunjukkan hal-hal
yg membuat Ify terbengong-bengong. Tapi dua hal yg Ify tangkap dari Rio. Dia
sangat baik dan enak diajak ngobrol.
"udah puas ngeliatin gue?" tanya Rio
tiba-tiba mengagetkan Ify.
"ha? Eh siapa juga yg ngeliatin. PD banget
sih" jawab Ify menutup kesaltingannya.
"mukanya merah tuh" goda Rio menambah
kesaltingan Ify. Dalam hati Ify merutuki dirinya dan Rio. Dirinya yg bodoh
bisa-bisanya memperhatikan Rio sampai ketahuan basah oleh Rionya sendiri. Dan
Rio yg sukses menggodanya hingga terlihat memalukan dihadapan Rio.
"Rio apaan sih. Berhenti ngeledekin gue deh"
ucap Ify kesal sambil memukul pelan lengan Rio. Rio hanya terkekeh pelan.
"jadi
ini rumah lo?" tanya Rio setelah mereka sampai di depan rumah Ify.
"yapp,
yuk masuk" jawab Ify membuka pintu rumahnya mempersilahkan Rio masuk. Rio
mengangguk, melepaskan sepatunya menggunakan kakinya karena ia menggunakan
sepatu yg bagian belakangnya pendek, sehingga dengan menggunakan kaki saja
dapat dibuka, lalu mengikuti Ify masuk dalam rumahnya.
"tidurin
di sini aja yo Achanya" tunjuk Ify di sebuah spring bed kecil di depan tv.
Rio menuruti Ify menidurkan Acha di tempat yg Ify tunjuk. "lo tunggu
bentar, gue ke belakang dulu" Lanjut Ify setelah melepas sepatunya. Kemudian
melangkah menuju dapur.
Rio
memandang sekeliling rumah Ify. Menurut Rio, rumah Ify begitu rapi
dan...menenangkan. Walaupun tidak begitu besar. Halamannya yg cukup luas dan
banyak tanaman di sekitarnya menambah kecantikan rumah ini. Pandangan Rio
terhenti di sebuah ruangan yg pintunya tidak tertutup. Ada sebuah piano di
sana.
"nih
minum dulu" ucap Ify menyodorkan segelas minuman sirup jeruk pada Rio sehinga
membuyarkan pandangan Rio.
"eh, oh
iya thanks" jawab Rio menerima gelas berisi sirup rasa jeruk tersebut,
meminumnya sedikit dan melangkahkan kakinya menuju ruangan yg terdapat piano
tadi. Ify mengerutkan keningnya dan mengikuti langkah Rio. "lo suka main
piano?" tanya Rio kemudian sambil mengelus pelan piano berwarna putih tersebut.
Ify menangguk cepat.
"gue
sangat suka main piano. Apalagi kalo gue lagi inget bapak" Ify
menghentikan ucapannya. Duduk di kursi yg ada di depan piano. "piano ini
satu-satunya harta peninggalan bapak yg paling berharga buat gue" Ify
melanjutkan kata-katanya sambil menekan tuts tuts piano sehingga menimbulkan
dentingan-dentingan halus dari piano tersebut.
"mainin
satu lagu buat gue" ucap Rio membuat Ify menatapnya.
"huh?"
"tunjukin
ke gue kalo lo bisa main piano"
"lo ga
percaya gue bisa main piano?"
"gue
cuma mau bukti" pancing Rio berharap Ify menuruti kata-katanya.
"oke, lo mau lagu apa?" ucap Ify menyetujui
permintaan Rio membuat Rio bernafas lega.
"terserah lo" jawabnya singkat.
"okay, pay attention please! It's show time"
ucap Ify memejamkan matanya, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sambil
membuka matanya perlahan.
Kemudian jari-jarinya mulai menekan tuts tuts piano,
mengumandangkan nada-nada dari sebuah lagu. Beberapa detik kemudian, Ify
mengeluarakan suaranya. Mulai menyanyikan sebuah lagu dari nada-nada yg
dihasilkan melalui jari-jari yg menekan tuts tuts piano.
Kau satu
terkasih
Ku lihat di
sinar matamu
Tersimpan
kekayaan batinmu
Rio terhenyak mendengar suara Ify. Menurutnya, suara
Ify sangat bagus.
Di dalam
senyummu
Ku dengar
bahasa kalbu
Mengalun
bening menggetarkan
Kini dirimu
yg selalu
Bertahta di
benakku
Dan aku kan
mengiringi
Bersama..di
setiap langkahmu
Rio semakin terkesima melihat Ify memainkan piano dan
menyanyikan lagunya dengan sangat dalam. Gelas di tangannya hampir saja
terjatuh. Rio meletakkan gelasnya di meja yg ada di belakangnya. Dan kembali
memperhatikan Ify.
Percayalah
hanya diriku paling mengerti
Kegelisahan
jiwamu kasih
Dan arti
kata kecewamu
Kasih
yakinlah..hanya aku yg paling memahami
Besar arti
kejujuran diri
Indah
sanubarimu kasih
Percayalah...
(Bahasa Kalbu)
(Bahasa Kalbu)
Tanpa sadar di sudut mata Rio mengeluarkan setitik air
mata. Senyumnya pun mengembang. Ify mengakhiri permainannya dengan seulas
senyum di bibirnya.
Prok..prok..prok..prok..
Terdengar tepukan tangan dari Rio. Ify menoleh ke arah
Rio.
"oke gue akuin lo jago main piano" ucap Rio
tetap cuek tak lupa mencantumkan senyum tulus manisnya di akhir ucapannya.
"ya..ya..ehm..makasih" respon Ify salting.
"eh udah sore, gue pulang ya" ucap Rio setelah
melirik jam tangannya.
"yaudah ayo bareng aja gue juga mau ngambil
sepeda di toko"
"loh Acha ditinggal sendirian?"
"gapapa kok, Acha udah biasa sendirian di rumah.
Kalo dia mau ke toko, dia bisa ke toko sendiri" jelas Ify, Rio mengangguk
kemudian segera melangkahkan kaki.
Setelah
memakai spatunya, Rio dan Ify berjalan menuju toko Ify.
"apa lagu
tadi buat seseorang?" tanya Rio datar tanpa menatap Ify. Ify menoleh dan
mengerutkan alisnya.
"maksudnya?"
ucap Ify balik bertanya.
"lagu yg
lo nyanyiin tadi. Apa buat seseorang?" kini Rio mengalihkan pandangannya
pada Ify. Ify mengangguk.
"ya. Buat
seseorang yg sangat spesial dan berarti dalam hidup gue" jawab Ify
pandangannya menerawang lurus ke depan. Membuat Rio sulit bernafas. Dadanya
mendadak sangat sesak.
"buat...
Pacar lo?" tanya Rio dengan nada sedikit bergetar. Ada perasaan was was
dalam hatinya. 'Oh God bagaimana ini?'
"pacar?"
Ify menggeleng mantap. "gue ga punya pacar. Lagu itu adalah lagu favorit
gue sama bapak.Lagu itu adalah lagu pop pertama yg bapak ajarin ke gue waktu
main piano. Lagu itu selalu gue nyanyiin kalo gue lagi inget bapak. Itu lagu
spesial buat bapak" jelas Ify dengan wajah sayu membuat Rio bernafas lega.
Walaupun begitu, Rio jadi tak enak hati pada Ify.
"sorry
udah ngebuat lo inget sama bokap lo. Gue gak bermaksud..."
"yee
gapapa kali Yo. Lo kan cuman tanya" potong Ify sebelum Rio menyelesaikan
kata-katanya. Rio mengedikkan bahunya.
"gue kira
lagu itu buat pacar lo"
"haha ya
nggak lah pacar dari hongkong? Siapa coba yg mau pacaran sama gue?"
"gue mau
kok" batin Rio. "loh emang kenapa?"
"pertama,
gue ga secantik Mariana Renata, ke dua, gue bukan keturunan bangsawan, gue cuma
seorang gadis biasa anak pemilik toko roti. Kenapa? Lo mau daftar?"
"mungkin"
jawab Rio singkat. Ify terkekeh pelan.
"haha ga
akan gue terima" ucap Ify membuat Rio melotot. 'waduh celaka dua belas
ini' pikir Rio.
"kenapa?"
tanya Rio sedatar mungkin.
"lo gak
mirip sama Logan Lerman, kriteria cowo gue, Haha" Rio melengos. Ia tadi
sudah H2C.
"ngakunya
gadis biasa. Tapi kriteria cowonya setinggi langit" ucap Rio dengan nada
meledek campur kesal. Ify hanya tertawa ngakak.
Eitttttssssssssss.....
di stop dulu ya kawan,, see you in the next part :))